Rabu, 29 Juli 2009

BELAJAR MENGASAH GERGAJI

BELAJAR MENGASAH GERGAJI
(SEBUAH KEBIASAAN EFEKTIF)
1. Kebiasaan
The excellence is not an action only, but habitual – Aristotle
Kita sering mendengar orang berkata "ala bisa karena biasa." Anda bisa apa karena terbiasa apa? Dalam masyarakat kita temui: seseorang pasti fasih berbahasa asing tertentu jika ia biasa berinteraksi dengan para penuturnya. Orang yang terbiasa memperhatikan keunggulan orang lain memiliki banyak sahabat dari pada orang yang cendrung menonjolkan kelebihan diri. Ada kebiasaan lain bahwa awal masa pensiun merupakan masa yang sangat menyiksa bagi seseorang karena ia tak lagi pergi ke tempat kerja seperti biasanya. Demikianpula seekor kucing/anjing piaraan akan setia menunggu didepan gerbang setiap sore hari karena tahu kebiasaan jam pulang kerja tuannya. Tentu masih ada banyak kebisaan lain, baik yang positif maupun negatif.
Apa itu kebiasaan? Oxford Dictionary for Advanced Learners menjelaskan "Habit is a settled practice, especially, something that can not easily be given up. Habit is a usual behavior.
Kebiasaan adalah sebuah perbuatan/tindakan/praktek yang telah memasyarakat dan tidak mudah (sulit) untuk diabaikan atau ditinggalkan begitu saja.
Merujuk pada batasan oxford diatas, kebiasaan adalah sebuah pola hidup yang terjadi dengan melibatkan seluruh aspek kehidupan seseorang. Kebiasaan merupakan cara pandang, expresi dan tindakan yang mencerminkan diri seseorang dan berpengaruh baik terhadap diri maupun orang lain.
Kebiasaan terbentuk dari hal-hal rutin yang dilakukan secara terus-menerus dan mampu mendorong lahirnya kekuatan mental/spirit atau moral (karakter) seseorang.
Kebiasaan yang berlangsung secara baik dan efektif dapat melahirkan sebuah kehebatan, demikian Aristotle berkata "kehebatan bukanlah sebuah tindakan tetapi kebiasaan."
Namun bagaimana seseorang dapat membangun dan memiliki sebuah kebiasaan yang baik dan efektif?
Kebiasaan yang baik dan efektif dapat terbangun dari hal-hal seperti dalam pelajaran-pelajaran berikut.
2. Pikiran
Manusia berbeda dari ciptaan yang lain karena memiliki pikiran; berpikir tentang siapa diri dan siapa yang menjadikan dirinya. Juga berpikir tentang apa yang harus ia katakan dan juga apa yang akan ia lakukan.
Berpikir memberi pengakuan dan peneguhan tentang keberadaan diri. Berpikir dapat menjadi identitas diri, oleh karena itu manusia telah menempatkan Pikiran sebagai dasar dari apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan, dan telah dinyatakan dalam ayat suci
"Planning and thought lie behind everything that is done (Pikiran merupakan awal dari segala pekerjaan dan pertimbangan mesti mendahului setiap perbuatan)" – Sirach 37:16
Jenis dan cara kerja Pikiran
A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5
Pikiran seseorang ibarat air yang berada di sumur yang dalam, tapi seseorang yang berpengertian bisa menimbanya keluar.
Sesuatu yang indah dan bermanfaat tidak mudah ditemukan karena berada pada tempat yang khusus disediakan baginya. Sesuatu yang indah dan bermanfaat juga tidak mudah untuk dieprgunakan kecuali melalui sebuah usaha serius atau perjuangan. Ayat suci Proverb 20:5 ini telah menjadi pedoman dasar bagi penelitian para ahli untuk menemukan apa dan bagaimana pikiran dapat bekerja. Para ahli menemukan dua bagian pokok dari pikiran (otak) manusia yakni bagian pertama tentang pikiran sadar, pikiran bawah sadar, dan bagian kedua tentang otak kiri dan otak kanan (IQ, EQ & SQ) seperti diuraikan berikut:
Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Pikiran manusia terbagi dalam Conscious Mind and Subconscious Mind, keduanya mempunyai tugas:
Conscious Mind (Pikiran Sadar) menerima dan menyaring informasi-informasi dari luar, lalu melalui sebuah proses berpikir logis, conscious mind memberi alasana-alasan apakah sebuah informasi dapat diterima atau ditolak
Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar) menyimpan semua informasi yang masuk secara utuh tanpa proses seleksi. Kemudian subconscious mind melakukan pengolahan terhadap informasi-informasi yang disimpan melalui programming process berikut:
Visual - Membayangkan hasil apa yang diinginkan
Imagine - Melihat dan memfokuskan pada hasil dengan seolah-olah telah dicapai
Meneguhkan dan memperkuat keyakinan bahwa hal yang diimpikan bisa dicapai
Memberdayakan tindakan berdasarkan keyakinan nyata
Secara sederhana kita dapat mengambarkan kerja otak sebagai berikut: Manusia memiliki indera dan otak. Indera menginput data berupa gambar, bunyi, rasa, cita-rasa dan bebauan dan dipasok kepada otak. Otak menerima dan meramu data-data tersebut menjadi bahasa otak. Bahasa otak tersebut digunakan untuk mengambarkan sesuatu disekitarnya melalui penalaran atau imaginasi yang berbeda. Pengambaran itu biasanya merujuk pada apa yang dilihat (visual), apa yang didengar (auditory) dan atau apa yang dirasakan (kinetic).
Jadi mulanya, manusia mengisi otak untuk berpikir; otak yang sudah terisi difungsikan untuk Analysing, Synthesizing & imaging dan Valuing terhadap apa yang dilihat (visual), apa yang didengar (auditory) dan atau apa yang dirasakan (kinetic). Melalui ketiga fungsi otak tersebut, manusia mampu berpikir secara logis dan sistematis (cermat konsep), bertindak secara tepat dan konsruktif (sesuai konsep), serta membangun kebiasaan yang baik dan terpuji. Sebagai imbalannya, manusia dapat memiliki sebuah Karakter Yang Mulia. Dengan kata lain, isi otak diwujudkan dalam kata, kata dinyatakan dalam tindakan, tindakan melahirkan kebiasaan dan kebiasaan akan meneguhkan sebuah karakter.
Namun, perlu disadari bahwa pemikiran setiap orang tidak sama. Melalui pikiran yang berbeda itu, orang dapat menilai segala sesuatu sesuai kandungan pikiranya. Oleh karena itu sering kita temui suatu kebiasaan, paham dan nilai, yang dianut seseorang, sekelompok orang atau ras tertentu kadang tak dapat diterima oleh yang lain. Demikian juga tutur kata, tindakan, kebiasaan dan karakter yang dihasilkan oleh seseorang, sekelompok orang atau ras terkadang tak sama. Maka patutlah kita pahami bahwa ternyata pikiran memiliki kekuatan yang dapat menyebabkan perbedaan dalam tindakan, kebiasaan dan karakter.
Mengapa PIKIRAN dapat menyebabkan tindakan, kebiasaan dan karakter seseorang, sekelompok orang atau ras tertentu berbeda dari yang lain? Otak bawah sadar membaca (scan) keadaan sekitar dan memilih informasi penting untuk diperhatikan. Walau demikian, orang tidak hanya memperhatikan sesuatu seperti apa adanya, tetapi juga cendrung memperhatikan sesuatu berdasarkan harapan dan keinginan mereka. Setiap individu memiliki pilihan cara yang berbeda dalam memikirkan dan mengkomunikasikan apa yang dialaminya – Ada yang mengungkapkan sesuatu berdasarkan gambaran yang dilihat, yang lain berbicara tentang bunyi yang didengar dan yang lain lagi memperbincangkan sesuatu berdasarkan rasa yang dialami. Hal ini sesuai dengan pendapat Sandra Blakeslee, an award winning science writer for the New York Times bahwa "umumnya persepsi orang tentang sesuatu tidak didasarkan pada aliran informasi dari luar diri menuju otak, tetapi didasarkan pada apa yang otak alami sebelumnya, dan apa yang otak inginkan terjadi berikutnya."
Otak Kiri dan Otak Kanan
A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5.
Proverb 20:5 tidak hanya membantu untuk menemukan otak sadar dan otak bawah sadar, tetapi juga membantu untuk menemukan kandungan otak kiri dan otak kanan (IQ, EQ dan SQ) dan juga cara kerjanya seperti penjelasan berikut.
Berpedoman pada Proverb 20:5 kita dapat belajar bahwa pikiran (otak) adalah anugrah besar yang Tuhan berikan untuk difungsikan sebesar-besar kesejahteraan diri, orang lain dan juga kelestarian alam sekitar.
Namun dalam kehidupan ini, ada orang yang mampu mendaya-gunakan otak (pikiran) secara optimal dan ada sebagian orang tidak. Ada orang yang hanya mengutamakan kemampuan (kecerdasan) bawaan seperti bahasa, berhitung dan logika saja. Kelompok orang ini akan berusaha belajar atau mengikuti pelatihan/kursus yang memberdayakan daya kognitifnya tapi mengabaikan kebutuhan mental dan spiritualnya (hoby, sosialisasi, bersedekah dan/atau ibadah). Oleh karena itu tidak mustahil ada orang yang mulanya dianggap memiliki kecerdasan atau kemampuan akademik biasa-biasa saja, bahkan dicap ‘bodoh’ saat sekolah, ternyata sangat sukses dalam kehidupan (karir, keluarga dan sosial) dikemudian hari.
Para ahli tentang otak juga menemukan bahwa ada sebagian orang dikenal sebagai penemu hebat, tetapi gagal dalam memproduksi temuannya. Atau ada juga yang diakui sebagai manager hebat, tapi lemah dalam kepemimpinan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Selain ada pikiran (otak) sadar dan pikiran (otak) bawah sadar, para peneliti juga menemukan dua bagian otak lain; otak kiri dan otak kanan.
Setiap bagian otak (otak kiri dan otak kanan) memiliki kekhususan yang berbeda dalam fungsi, jenis informasi yang diproses dan juga berbeda dalam jenis permasalahan yang ditangani.
Otak kiri lebih banyak bekerja pada bidang yang berhubungan dengan kecerdasan bawaan seperti logika dan analisis (Intellectual Quotient). Sedangkan otak kanan lebih banyak menangani hal-hal yang bersinggungan dengan emosi dan imaginasi. Otak kanan juga bertugas menangani hal-hal yang berkenaan dengan intuisi, emosi dan kreatifitas. Otak kanan merupakan wadah bagi kecerdasaan yang bertumbuh dari emosi, usahan dan pengaruh dari luar (Emotional Quotient).
Berpedoman pada penemuan diatas, para ahli menyarankan agar setiap orang sebisa mungkin menciptakan sebuah keseimbangan kerja antara otak kiri dan otak kanan.
Intellectual Quotient (IQ)
Alfred Binet (1857-1910) menemukan kecerdasan bawaan manusia yang disebut Intellectual Quotient (IQ); sebuah kecerdasan yang mengukur kemampuan verbal (bahasa), hitung (matematika), dan nalar/logika (reasoning).
Denga kemampuan bahasa, matematika, dan logika yang baik, seseorang mampu menciptakan sebuah management yang rapi, system operational procedur yang baku, unggul dan terorganisir serta pembagian kerja yang rapi dan terperinci (detailed job descriptions). Sebagai kecerdasan bawaan, IQ dapat memberi anda motivasi internal yang baik bagi sebuah kesuksesan, namun kesuksesan itu harus terus anda optimalkan. Caranya? Belajarlah mengisi otak kiri dengan informasi, ilmu, pengetahuan, dan ketrampilan yang dapat meningkatkan kecerdasan intelektual.
Harvard University pada 1990an menemukan, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 15% bawaan (IQ) sedangkan 85% oleh usaha. Berdasaarkan temuan diatas, anda seharusnya tak hanya mengandalkan kerja IQ saja karena bisa membuat anda tumbuh sebagai pribadi yang berpikir dan bekerja terlalu mekanis, formal dan protektif. Anda bisa meremehkan pekerjaan yang menolong anda untuk memahami dan menyenangkan diri seperti merekoleksi diri, meredefenisi nilai diri, melakukan hoby, bersosialisasi dengan keluarga, dan orang lain. Juga Anda bisa tumbuh menjadi pribadi yang kaku, mengabaikan kreatifitas, tidak peka terhadap perasaan dan suara hati. Anda kehilangan kearifan.
Emotional Quotient (EQ)
Setiap orang tentu menghendaki menjadi Manager (peran IQ) sekaligus Leader (peran EQ) dalam hidupnya, maka pada saat yang bersamaan, Anda jangan lupa mengisi otak kanan dengan informasi, ilmu, pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang dapat menumbuh-kembangkan keseimbangan emosi, kemampuan imaginasi dan kemampuan sosialisasi serta hal-hal lain yang memberi kemampuan dalam membaca dan mengembangkan suara hati, kearifan, intuisi, kreatifitas, seni dan hoby.
Pada 1990an, Daniel Goleman melakukan penelitian, analisis dan study lapangan dibidang psykology menemukan sebuah kemampuan yang dapat mengelola perasaan yang dikenal dengan Emotional Quotient/EQ (kecerdasan emosi). EQ adalah kecerdasan yang mengelola hubungan dengan diri, orang lain dan lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan keharmonisan didalam diri dan juga diluar diri.
Goleman dalam penelitian tersebut menyimpulkan IQ hanya bisa menyumbang 20% dari keberhasilan sedangkan 80% merupakan sumbangan dari sekumpulan kecerdasan lain yang terumus dalam sebuah Kecerdasan Emosi (EQ). Artinya pengelolaan Emotional Quotient yang baik dapat menopang dan memperlancar kerja IQ (nalar). Pendapat Goleman tentang peran EQ sebagai penopang IQ diperkuat oleh Steve Hein. Steve Hein menjelaskan bahwa IQ akan berfungsi optimal jika setiap orang memiliki kualitas Emosi yang baik yang ia singkat "BARE" berikut ini:
– Balance (keseimbangan diri)
– Awareness (Kesadaran diri)
– Responsibility (Tanggung jawab diri)
– Emphathy (Empati)
Artinya keseimbangan diri, kesadaran diri, rasa tanggung jawab dan empati merupakan pilar pokok yang dapat menopang keberhasilan kerja IQ. IQ yang tinggi tidak dapat menolong anda menjadi seseorang jika anda tidak memiliki BARE diatas.
Sedangkan Richard Charlson mengungkapkan bahwa orang-orang sukse umumnya memiliki kualitas emosi seperti yang terumus dalam 3R berikut ini:
– Responsive: Bertindak tepat sesuai masalah yang dihadapi, memiliki kemampuan mempertahankan perspective dan memiliki solusi alternative atau tindakan terbaik saat menghadapi situasi yang unik – karena ia mampu melihat sebuah gambaran keseluruhan dengan baik.
– Receptive: Terbuka terhadap saran dan gagasan, baik berupa data, kreatifitas maupun gagasan baru. Orang Receptive bersedia mendudukan diri dalam posisi "Beginner – Pemula," sebuah posisi yang selalu mendorong untuk mau dan terus belajar apa saja dan dari siapa saja walau ia sebenarnya tergolong pakar. Ia suka bekerja sama.
– Reasonable: Orang reasonable memiliki kemampuan melihat segala sesuatu secara bebas tanpa kecendrungan membenarkan diri; Karena ia tahu kecendrungan membenarkan diri sering menjadi penghambat terhadap pandangan baru yang lebih perspective dan maju. Ia memiliki kualitas menempatkan diri dalam posisi orang lain, melihat gambaran lebih besar serta mampu mempertahankan perspective. Oleh karena itu orang reasonable biasanya menempatkan diri sebagai pendengar yang baik, memiliki kepedulian dan suka menolong.
Orang berkualitas tiga R tidak mempersoalkan hal-hal kecil dalam hidup (pekerjaan, keluarga dan pergaulan) walau bertentangan dengan logika atau nalar mereka. Sebaliknya setiap persoalan yang dihadapi dijadikan sumber belajar dan evaluasi lebih lanjut.
Namun baik kualitas BARE maupun 3R harus terus dilatih menjadi B-CARE (Balance-keseimbangan, Control-pengendalian diri, Awareness-kesadaran diri, Responsibility-tanggung jawab dan Empathy-empati) secara baik, sebab jika tidak orang tersebut pada akhirnya akan cendrung mengalami:
Tak mampu menghadapi/menerima perubahan (mudah kalut oleh perubahan buruk-bad handling change)
Tidak percaya orang lain karena itu ia tak mampu bekerja sama (membetuk team)
Mudah patah dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Juga tak tahu membangun hubungan dengan diri (sering putus hubungan dengan diri senhingga gampang kalap)
Mudah mengabaikan tugas dan melempar tanggung jawab terhadap orang lain
Mudah terserang virus burn-out (kehilangan motivasi, inspirasi dan strategy/cara dalam bereaksi "missing action.")
Mudah terinfeksi virus "OVER" over action (mudah kebablasan) dan over caution (terlalu hati-hati)
Pengelolaan emosi yang baik dapat menciptakan keseimbangan dalam menciptakan keharmonisan dalam membangun hubungan dengan diri, orang lain dan lingkungan. Keseimbangan dan pengelolaan Emosi ini sangat penting karena hidup ini ibarat permainan ketangkasan lima bola; ada yang disebut bola keluarga, bola persahabatan, bola kesehatan, bola rohani dan bola pekerjaan. Diperlukan keseimbangan dan keharmonisan gerak saat melemparkan bola-bola itu ke udara agar tidak terjatuh.
Kebanyakan orang lebih mencemaskan bola pekerjaan tapi ternyata ia hanyalah sebuah bola karet yang bisa memantul lagi saat terjatuh. Sedangkan empat bola sisa terbuat dari kristal. Mereka akan tergores, terluka, retak, bahkan hancur berkeping-keping jika terjatuh dan tak akan kembali ke rupa mereka yang semula.
Spiritual Quotient (SQ)
Ada pepatah berbunyi "Cerdik (akal) tanpa ketulusan (hati nurani) adalah licik dan hati nurani (ketulusan) tanpa akal (cerdik) adalah kebodohan."
Pepatah ini memberi gambaran: Kecerdasan membuat seseorang mendapat dan menguasai ilmu, pengetahuan dan teknologi. Namun apakah kecerdasan itu dapat menciptakan sesuatu yang dapat membangun atau sebaliknya menghancurkan sangat bergantung pada ada tidaknya hati nurani.
Artinya, kecerdasan harus didukung oleh Emosi yang seimbang dan matang; dan emosi harus dijiwai oleh Spiritual/Hati Nurani/Iman yang teguh. Kecerdasan dan emosi yang tidak dibalut oleh Spiritual/Hati Nurani/Iman yang teguh rawan mendorong hati melahirkan segala Pikiran Jahat. Pikiran untuk menyesatkan, membunuh, berzinah dan bercabul. Juga melahirkan pikiran jahat untuk merampok, menipu, bersumpah palsu, menghujat dan memfitnah – Mateus 16:20.
Namun setiap manusia yang bergaul akrab dengan Tuhan akan mendapatkan Hati Baru dan Pikiran Baru (spiritual/hati) seperti tertulis dalam ayat suci "I will give you a new heart and new mind. I will take away your stubborn heart of stone and give you an obedient heart – Ezekiel 36:26.
Pikiran Baru dan Hati Baru menolong manusia memiliki sebuah Pikiran yang Tulus dan Hati yang Taat; Taat pada Tuhan dan Tulus pada sesama. Setiap orang yang memiliki Pikiran Baru dan Hati Baru akan bertumbuh menjadi pribadi yang tulus dan setia, karena itu Tuhan pasti menjadikan dia Mesbah/Tahta bagi Roh Tuhan (1Corinthians 3:16). Dari dalam Mesbah Roh inilah akan memancar Titik-titik Kebenaran yang menopang Kecerdasa Intelektual (IQ) dan menyelaraskan Kecerdasan Emosi (EQ). TujuanNya adalah agar dari Ruang Roh terpancar kualitas hidup seperti yang tertuang dalam ayat suci:
"But Spirit produces love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, humility and self control. There is no law against such things as these – Galatians 5:22-23
Berpedoman pada 1Corinthians 3:16, para ahli terus menggali kecerdasan manusia dan menemukan sekumpulan kecerdasan lain yang merupakan pusat dari semua kecerdasan yang ada. Donah Zohar dan Ian Marshall menyebut kecerdasan ini ’God Spot – Ruang Tuhan’ yakni sebuah ruang yang berisi Titik-Titik Kebenaran. God Spot dikenal sebagai Spiritual Quotient (SQ) atau oleh Peter Sepherd disebut Heart Intelligence (Kecerdasan Hati).
Lebih lanjut Donah Zohar dan Ian Marshal menjelaskan bahwa orang yang mampu mencerdaskan SQ nya memiliki kualitas hidup yang prima. Kualitas prima ini tercipta dari buah keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup; seimbang dalam mendaya-gunakan nalar/logika dan harmonis dalam mengelola emosi serta teguh dalam spirit/iman.
IQ – EQ – SQ
Mencermati jenis dan fungsi kecerdasan (IQ, EQ dan SQ) yang diuraikan diatas, kita mendapt pencerahan bahwa sesungguhnya IQ, EQ dan SQ adalah anugrah Tuhan yang harus didaya-fungsikan untuk sebesar-besar kesejahteraan seperti tertuang dalam ayat suci She sends knowledge and understanding like the rain, and increase the honor of those who receive her-Sirach 1:19.
Dengan IQ dan EQ, manusia berkewajiban melakukan apa yang menjadi bagiannya seperti dicatatkan dalam ayat-aya suci berikut dengan sepenuh hati:
"Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings".– Mathew 6:33-34
"Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times" – Rome: 12:11
Apakah Anda sudah menjalankan tugas seperti yang diminta diatas dengan sepenuh hati? Percayalah bahwa Tuhan akan menetapkan seberapa besar dan baik hasil yang akan anda peroleh sebagai reward atas apa yang anda lakukan seperti tertulis:
"For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life." – Rome 2: 6 – 7
Reward yang disediakan Tuhan itu sesungguhnya berupa sebuah Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient). Dan dengan SQ, setiap manusia dapat memancarkan sebuah kualitas hidup yang berkepenuhan dalam Kasih (love), Suka-Cita (joy), Damai Sejahtera (peace), Kesabaran (patience), Kemurahan Hati (kindness), Kebaikan (goodness), Ketulusan (faithfulness), Lemah-lembut (humility) dan Pengendalian Diri (self control).
Dari kualitas hasil pancaran Spiritual Quotient (SQ) diatas, Kasih merupakan pilar pokok. Karena Kasih itu sempurna dan tak berkesudahan. Inspirasi, Pengetahuan, Penegertian dan Hikmat bersifat sementara dan tidak sempurna. Sebab sesungguhnya sesuatu yang sempurna tiba maka yang tak sempurna akan lenyap.
Setiap pribadi yang memiliki Kasih berbeda Kualitasnya dari pribadi yang lain. Seseorang bisa saja memberikan segala yang dimiliki bahkan nyawanya sekalipun tak memberi manfaat sedikitpun jika tidak didasarkan pada kasih.
Sesungguhnya orang yang memiliki Kasih akan berkelimpahan karena Kasih itu sabar, murah hati, tak cemburu, tak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih itu sopan dan tak mencari keuntungan diri. Kasih tidak pemarah dan pendendam. Kasih tak bersukacita atas kelaliman tapi atas kebenaran. 1Korintus 13: 3 – 10.
Akhinya pastikan bahwa anda senantiasa belajar menumbuhkan-kembangkan kecerdasan bawaan (Intelektual) anda menjadi briliant, berusaha melatih dan menyeimbangkan Emosi guna menciptakan sebuah hubungan yang harmonis dengan diri, orang lain dan lingkungan, serta berserah (membuka) diri untuk menghadirkan Roh Tuhan dalam diri. Maka anda akan bertumbuh menjadi pribadi yang begitu kaya dalam hidup. Anda sungguh kaya dalam tutur kata, ilmu & pengetahuan, anda kaya dalam hasrat untuk melayani, kaya dalam iman dan kasih. – 2Korintus 8:7.
3. Karakter
Setiap orang dilahirkan dengan modak kekuatan/kualitas mental atau moral yang mencerminkan keseluruhan kepribadian seseorang dan berperan sebagai pedoman masa depan. Kekuatan/kualitas mental atau moral yang membuat seseorang, sekelompok orang atau suatu ras berbeda dari yang lain. Ini adalah karakter.
Karakter terbentuk dari bagaimana kita berppikir tentang diri karena pikiran akan mempengaruhi dan menentukan apa yang kita katakana, apa yang kita lakukan dan bagaimana kita menanggapi/meresponse serta bagaimana menila sesuatu. Sungguh pikiran menentukan siapa diri kita seperti tertuang dalam ayat suci:
‘what he thinks is what he is’ – Proverb 23:7b.
Oleh karena itu berpikirlah secara positif dan matang sebelum berkata, bertindak dan/ atau menilai. Sebab apa yang keluar dari hatimu bisa berupa sebuah pancaran kehidupan atau kebinasaan. Hal itu dengan tegas dinyatakan dalam ayat suci:
Be careful how you think; your life is shaped by your thoughts – Proverb 4:25
Seseorang yang memiliki karakter mulia akan jujur menerima potensi diri dan mengembangkannya menjadi kompetensi yang dapat merekonstruksi kembali pandangan diri (citra diri) terhadap hal-hal yang membangun maupun yang menghambat baik dari dalam diri maupun luar diri menjadi potensi yang mendorong kemajuan.
Orang berkarakter umumnya tidak hanya cerdas dan berkompetensi, tetapi lebih dari itu, ia memiliki perhatian dan kepedulian besar terhadap diri dan juga terhadap apa yang ada diluar dirinya. Orang berkarakter tidak hanya memiliki kemampuan untuk mendapatkan suatu pencapaian tetapi juga dapat melindungi diri dari pengaruh- pengaruh negative dari luar. Mengapa? Karena orang berkarakter biasanya bijak dan berhikmat, sebaliknya orang dungu tak memiliki tuntunan hidup (tong kosong nyaring bunyinya). Hal ini sesuai dengan sabda ilahi berikut:
"Clever person is wise because he knows what to do, but stupid person is foolish because he only thinks he knows"-Proverb 14:8
"Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later"- Proverb 22:3
4. Talenta
Manusia diciptakan dengan sebuah kekuatan besar yang terkandung didalam dirinya. Kekuatan itu akan bertumbuh dan membentuk setiap pribadi menjadi apa yang dikehendaki dirinya. Kekuatan itu disebut Talenta dan bermanfaat membentuk kemampuan, kekuatan dan kualitas seseorang berbeda dari orang lain bergantung bagaimana memperlakukannya. Ada orang yang merasa nyaman membiarkan talentanya seperti apa adanya. Orang semacam ini merasa kuatir jika pertumbuhan dan perkembangan talenta dapat membuat dirinya berbeda dan tidak diterima oleh orang lain dan lingkunagnnya. Ia merasa nyaman dengan kemampuan dan keberadaan dirinya. Namun, ada orang lain yang tidak merasa cukup dan puas. Ia akan menerobos zona nyaman yang membentengi talentanya dan mengembangkannya menjadi lebih baik.
Anda termasuk kelompok kenyamanan atau kelompok yang haus akan pertumbuhan talenta? Setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Karena itu ia memiliki tantangan untuk mengeluarkan talentanya, walau yang terkecil sekalipun dari zona nyaman. Ia akan menginvestasikan talentanya itu melalui belajar, latihan/praktek dan membangun hubungan hingga menjadikan talenta itu sebuah kompetensi.
Talenta yang telah bertumbuh dan menjelma menjadi kompetensi inilah yang akan mendatangkan sebuah pencapain yang luar biasa dan bahkan dapat mengubah dunia.
5. Kompetensi
Setiap orang yang menginvestasikan talentanya melalui belajar, latihan/praktek dan membangun hubungan akan menjadikan talenta itu sebuah kompetensi. Dan setiap orang yang memiliki kompetensi, memiliki kemampuan (ability), kekuatan (power), kekuasaan (authority), ketrampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Kompetensi adalah talenta pilihan (unggul) yang dapat berkembang menjadi pengetahuan, ketrampilan, sifat atau nilai. Dengan kompetensi, seseorang dapat mengalami sebuah perubahan pada pola pikir, pola sikap dan tingkah laku. Perubahan-perubahan dimaksud dapat membentuk sebuah keahlian/kemampuan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan kompetensi secara baik dapat memberdayakan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar, menyediakan nilai terhadap diri, dan orang lain juga dapat menciptakan kebaikan atau memberi nilai tambah bagi diri, masyarakat dan lingkungannya. Setiap usaha berbasis kompetensi menciptakan suatu perubahan menuju arah yang lebih baik. Namun setiap usaha baru akan bermanfaat jika dapat diterima bukan sebagai sebuah rutinitas melainkan sebagai sebuah proses pembiasaan.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah buah pengembangan talenta menjadi kompetensi dan merupakan dasar bagi semua tindakan yang berpotensi memberi keberhasilan. Pengetahuan (talenta dan kompetensi) harus diusahakan dan dikembangkan melalui proses belejar berkelanjutan berdasakan konsep dasar dalam hidup; yakni konsep untuk membentuk diri menjadi apa dan untuk mendapatkan hasil apa sesuai dasar yang ditetapkan. Demikan Rasul Judas menulis "But you my friends, keep on building yourselves up on your most sacred faith- Jude 1:20.
Setiap orang tidak ingin hidup biasa-biasa saja, ia ingin bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan kompetitif. Namun, setiap orang yang berkeinginan bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik perlu melengkapi diri dengan pengetahuan dan sabar mengembangkan pengetahuannya, sebab sesungguhnya niat dan semangat saja tidaklah cukup untuk mendorong pencapaia suatu keberhasilan, hal itu telah difirmankan seperti berikut:
Enthusiasm without knowledge is not good; impatient will get you into trouble-Proverb 19:2.
Selain merupakan sebuah anugrah, Pengetahuan yang memadai memberdayakan seseorang untuk berhasil tidak hanya dalam hal-hal biasa, tetapi juga mampu melakukan hal-hal ajaib (luar biasa) sehingga nama Tuhan dipermuliakan didalamnya. Demikian ada ayat suci yang berbunyi:
God gave knowledge to human beings so that we would praise him for the miracles he performs – Sirach 38:6
Pengetahuan Sumber Pilihan
Pengetahuan yang sempurna adalah ilmu yang dapat memberi lebih banyak pilihan; pilihan cara, pilihan taktik atau strategi dan pilihan solusi dalam mewujudkan keinginan. Banyak pilihan akan membantu kita untuk tidak hanya terpaku dalam cara yang biasa-biasa saja. Selain itu dengan bertambah pengetahuan, seseorang akan mengetahui lebih banyak dan juga memiliki ketajaman dalam membedakan suatu informasi atau tindakan yang memberi manfaat atau menyesatkan. Pilihan tepat dari sebuah pengetahuan akan mampu memberdayakan seseorang untuk menemukan, mengenal dan memperbaharui diri (citra diri) secara utuh dan sempurna.
Pengetahuan ibarat titik-titik hujan di tengah gurun yang tandus, selain dapat memuaskan setiap makhluk yang menerimanya, juga dapat memberi mereka kemampuan untuk bertahan, melanjutkan dan memperbaharui hidup. Barangsiapa menerima dan mengamalkan pengetahuan, ia akan mendapatkan kebahagian, kehormatan dan kemulian; sebuah dambaan hidup yang agung, tentunya seperti dalam ayat suci berikut:
She sends knowledge and understanding like the rain, and increase the honor of those who receive her-Sirach 1:19
6. Citra Diri
Belajar, pengalaman dan pengajaran menghasilkan ilmu, ilmu meningkatkan pengetahuan dan pengetahuan memberdayakan guna mencapai pembaharuan diri. Dengan kata lain, pengetahuan memberdayakan seseorang untuk menemukan, mengenal dan memperbaharui diri (citra diri) secara utuh dan sempurna.
Atkin berpendapat: ilmu yang kita peroleh, selain membuat kita berisi pengetahuan yang memadai, juga menolong kita memperbaharui defenisi tentang diri atau membantu kita memperbaiki citra diri.
Citra diri adalah sebuah unsur alamiah yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri setiap orang. Citra diri adalah keunggulan diri yang digali dari dalam guna menemukan kunci diri atau yang biasa disebut NASIB.
Orang yang mengenal citra diri akan selalu melihat kedalam diri dan ia akan bangkit. Tetapi mereka yang melihat keluar tak akan mengenal diri dengan baik. Mereka yang melihat keluar hanya akan menghayal saja, demikian nasehat Carl Jung.
Citra diri menolong diri untuk mencitrakan diri sebagai pribadi yang utuh, unik dan berbeda seturut pembaharuan akal budi kita dan bukan seturut kehendak orang lain atau lingkungan sekitar.
Setiap orang yang ingin bertumbuh lebih baik memerlukan pola pikir baru dan tatanan baru yang memperbaharui. Orang yang terus berkembang tidak membiarkan hidup dipengaruhi oleh arus duniawi tetapi menjadikan hidupnya sebuah agen perubahan dan pembaharuan (agent of change). Citra diri juga dapat menuntun seseorang ke arah mana hidup ini harus dituju.Hal pembaharuan dengan jelas tertuang dalam perintah suci:
‘Don’t conform yourselves to the standard of this world but let God transforms you inwardly by a complete change of your mind.’– Rome 12: 2
Citra diri sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan setiap orang! Citra diri menolong anda dan saya untuk tidak menjadi seperti apa yang orang lain atau lingkungan kehendaki, tetapi menjadi diri sendiri seperti apa yang dikehendaki diri.
Peranan Citra Diri
Keberhasilan adalah sebuah cita-cita yang hendak diraih oleh setiap pribadi, namun keberhasilan itu akan semakin sulit dijangkau jika anda tak memiliki Citra Diri atau yang biasa disebut kesimpulan tentang diri. Setiap orang boleh berusaha meningkatkan kemampuan diri atau menciptakan metoda, alat atau merumuskan tujuan (keberhasilan) sedemikian rupa guna mendapatkan kemudahan bagi sebuah pencapaian, namun ternyata Citra Diri jauh lebih berperan bagi suatu (pencapaian keberhasilan) tujuan dari pada rumusan tujuan yang kita buat, atau kemampuan yang kita miliki. Demikianlah Gordon Dryden pernah mengatakan bahwa: Materi Pendidikan terbaik penting bagi keberhasilan, tetapi ternyata peranan citra diri jauh lebih penting bagi keberhasilan pendidikan itu sendiri. Hal ini benar adanya karena Citra diri memampukan seseorang untuk mengkonsepkan tentang siapa dirinya sebelum menjadi apa dirinya kelak. Konsep seseorang tentang siapa dirinya sebelum menjadi apa dirinya dapat dipahami dalam doktrin – doktrin berikut:
Doktrin Samurai : Jadilah PEMENANG sebelum menjadi PETARUNG
Doktrin Militer : Jadilah PENAKLUK sebelum menjadi PRAJURIT
Doktrin Olahraga : Jadilah JUARA sebelum menjadi ATLET
Artinya opini diri (sebagai pemenang, penakluk dan juara) dapat secara otomatis meneguhkan pengakuan terhadap diri (sebagai petarung, prajurit dan atau atlet) anda.
Senjata Diri
Berbeda dari Hewan, kekuatan fisik tidak mampu melindungi manusia dari serangan makluk hidup lain dan dari pengaruh perubahan alam. Manusia memiliki kekuatan fisik lebih lemah, karena itu ia tak mengandalkan fisik saja untuk membangun diri. Ada Akal Budi yang memberdayakan untuk mempersenjatai diri dengan Ilmu Pengetahuan, Ketrampilan dan Tehnologi. Ilmu Pengetahuan, Ketrampilan dan Tehnologi diterima sebagai senjatai diri yang sangat penting karena bermanfaat untuk dapat mengaktualkan konsep diri secara tepat.
Oleh karena itu kenali, pelajari, kuasai dan pergunakan senjata diri secara baik dan benar. Ada dua senjata yang berbeda; spirit dan fisik. Pilihlah satu dari senjata-senjata ini untuk mempermudah tugas anda. "Pergunakanlah senjata SPIRIT terlebih dahulu sebelum senjata FISIK/kekuatan (pedang). Karena untuk jangka panjang, spirit akan mengalahkan fisik/pedang."-nasehat Napoleon Bonaparte
Orang yang berhasil mengunakan senjata diri dapat memberi kekuatan kepada citra diri untuk memberdayakan dirinya menjadi pribadi bernilai dan bermanfaat bagi diri dan orang lain serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik (to provide value to people and to make community better).
7. KEBIASAAN MENGASAH GERGAJI
Dalam dunia kerja, kita mengenal Kebiasaan Karyawan Efektif (KKE), salah satu dari kebiasaan-kebiasaan itu adalah ‘ASAH GERGAJI.’
Asah gergaji? Orang tentu akan bertanya "apa itu asah gergaji dan apakah seorang karyawan memerlukan gergaji. Tentu tidak! Namun gergaji disini merupakan metamorfosis dari apa yang kita kenal dengan KEAHLIAN, KECAKAPAN dan/atau PENGETAHUAN.
Mengasah Gergaji adalah proses mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, sifat atau nilai tertentu yang berfungsi untuk memfasilitasi kerja manusia.
Mengasah Gergaji dapat dilakukan melalui belajar, pengalaman atau pengajaran dan membangun hubungan yang dapat menciptakan sebuah pembaharuan pada pola pikir, sikap dan tingkah laku.
Untuk apa mengasah gergaji? Untuk mendapatkan kemampuan eksekusi, yakni sebuah keahlian menjalankan sebuah tindakan yang tepat, pada saat yang tepat. Mengasah Gergaji yang berhasil memberdayakan Anda memformulasikan pandangan terhadap apa yang hendak dikerjakan dan apa yang hendak dicapai darinya. Juga dapat merekonstruksi kembali pandangan diri terhadap hal-hal negatif (menghambat) menjadi potensi yang mendorong kemajuan.
8. Belajar Mengasah Gergaji
Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi; sebuah anugrah yang dapat membedakannya dari ciptaan yang lain. Akal budi mengandung semangat ingin tahu (Spirit of Curiosity), sebuah semangat yang membuat manusia dapat berkembang dari makluk yang lemah dalam fisik menjadi pribadi superior. Superiority manusia terbentuk dari ketekunan untuk mengisi diri dengan ilmu/pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai guna mengembangkan diri lebih baik, seperti tertera dalam ayat suci:
Intelligent people are always eager and ready to learn – Proverb 18:15
Apa itu belajar?
Manusia memiliki hasrat untuk mengisi diri dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai. Proses pengisian diri ini dilakukan melaui belajar. Manusia dapat belajar melalui pembelajaran, pengalaman atau pengajaran dan membangun hubungan. Proses pembelajar sangat penting dan tidak dapt ditolak setiap orang karena dapat menciptakan sebuah pembaharuan pola pikir, sikap dan tingkahlaku yang meneguhkan, terukur dan spesifik. Atau Pembelajaran dapat memberdayakan setiap individu memformulasikan sebuah tatanan mental baru dan/atau memperbaharui tatanan mental sebelumnya. Belajar adalah sebuah proses yang dapat mendorong perubahan tingkah laku jangka panjang. Orang yang berpengharapan tak pernah meninggalkan apa yang ia pelajari dan telah meneguhkan pendidikan sebagai bagian hidupnya. Demikian ada ayat suci berbunyi:
Always remember what you have learned. Your education is your life. Guard it well-Proverb 4:13
Mengapa perlu belajar?
Setiap orang mempunyai perasaan selalu berkekurangan (tidak sempurna) dalam segala hal dan ingin memenuhinya melalui belajar. Belajar berarti kita sedang berusaha mengisi diri dengan hal-hal (pengetahuan) yang memberdayakan. Sebab ketika kita berdaya, kita mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi hidup dan kehidupan. Orang yang merasa telah mendapatkan sesuatu dalam belajar memiliki cita-cita untuk berbagi (memberi) dengan orang lain. Namun, tentu ia harus terlebih dahulu berbagi dengan diri sendiri. Adalah omong kosong seseorang dapat mengasihi orang lain sebelum ia sendiri mengetahui bagaimana menyenangkan dirinya. Hal ini dengan tegas dinyatakan dalam ayat suci berikut ini:
"Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper." – proverb 19:8
Seseorang yang engan berbagi sesungguhnya tak memiliki apa-apa karena tidak mampu mendapatkan sesuatu dalam belajarnya. Ia hanya bertumbuh menjadi pribadi yang merasa pintar dan berhikmat dalam kebodohannya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, tapi hanya berangan-angan tentang sesuatu yang sebetulnya tak ia ketahui, seperti dinyatakan dalam ayat suci:
"Clever person is wise because he knows what to do, but stupid person is foolish because he only thinks he knows"-Proverb 14:8
Dalam belajar, kita sesungguhnya tak hanya mengisi diri guna mendapatkan keahlian teknis saja tetapi juga keahlian hikmat (kesalehan). Karena ilmu pengetahuan dapat memberi keahliah (skill) yang akan membuat langkah kita maju dan terus maju demi pencapaian yang lebih baik. Sedangkan Hikmat akan memberi karakter moral yang akan membuat langkah kita focus (terarah & teratur) dan tak tersesat, dan juga dapat meningkatkan harkat dan martabat kita. Oleh karena itu carilah ilmu dalam hidup karena orang berilmu memiliki kecerdasan dan juga kepekaan untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup. Orang berilmu dan berhikmat tak akan pernah menyesali kehidupannya seperti ditulis dalam ayat suci:
Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later- Proverb 22:3
Hikmat yang didapat lewat belajar merupakan Harta Karung yang Tuhan siapkan sebagai tuntunan bagi setiap pribadi untuk keluar dari kegelapan dan berjalan dalam terang seperti tertuang dalam ayat-ayat suci:
Wisdom takes care of those who look for her; she raises them to greatness-Sirach 4:11
At first wisdom will lead you along difficult path. She will make you so afraid that you will think you can not go on – Sirach 4:17
Nothing will stand in your way if you walk wisely, and you will not stumble when you run-Proverb 4:12
Anyone who obtains wisdom will be greatly honored – Sirach 4:13
Wisdom can make your life pleasant and lead you safely through it – Proverb 3:17
Wisdom offers you long life, as well as wealth and honor – Proverb 3:16
Dari mana belajar?
Segala sesuatu yang ada disekitar kita adalah sumber yang baik bagi proses belajar berkelanjutan. Pengalaman dan pergaulan juga dapat menjadi sumber belajar yang baik. Namun janganlah belajar dari pribadi, tempat atau situasi yang dapat menjerumuskan seperti tertulis: If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1
Belajarlah pada pribadi, tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan yang dapat memberi pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber yang tepat sesungguhnya akan menemukan dan memiliki kehidupan, mendapatkan tuntunan dan juga damai seperti tertuang dalam ayat suci:
"Learn where understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long and full life, light to guide you and peace."-Baruch 3:14
Oleh karena itu, pastikan anda dapat berhubungan, berinteraksi dan berkomunikasi intens dengan Rekan, advisers/coachers, consultants, team members, suppliers, customers dan competitors. Mereka adalah pilar-pilar belajar yang harus diperhatikan seperti telah difirmankan:
People learn from one another just as iron sharpens iron-Proverb 27:17
9. Belajar Mengasah Gergaji
Setiap orang tidak ingin menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, tetapi senantiasa berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya guna melakukan sesuatu dengan lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri berbeda dan lebih baik dari orang lain dalam pemikiran, konsep, dan tindakan yang diwujudkan melalui suatu keahlian tertentu. Setiap keahlian yang telah dimiliki akan terus ditingkatkan guna melaksanakan atau mengeksekusi sesuatu (pekerjaan) secara tepat, yakni tepat sasaran dan tepat waktu guna mendapatkan hasil yang tepat pula. Keahlian eksekusi inilah yang dianalogikan dengan istilah kemampuan "Mengasah Gergaji."
Musashi, seorang Samurai berpendapat kemampuan eksekusi adalah "keahlian yang dimiliki seseorang untuk menjalankan sebuah tindakan yang tepat, pada saat yang tepat." Untuk apa? Untuk meraih sebuah sasaran yang tepat (do a proper action in a proper time).
Bagaimana dan dari mana kita bisa mengasah gergaji atau meningkatkan keahlian eksekusi itu? Mulanya kita harus mengisi diri dengan pengetahuan, ketrampilan dan nilai melalui belajar, praktek dan pengelaman. Kita juga dapt mengisi diri dengan membangun hubungan baik dengan diri maupun orang lain.
Ada beberapa pelajaran yang menolong setiap pribadi mengasah gergajinya. Mari kita belajar mengasah Gergaji dengan berpedoman pada rujukan pelajaran dibawah berikut ini:
10. Pelajaran Mengasah Gergaji
Setiap orang bercita-cita menjadi pribadi yang luar biasa, karena itu ia senantiasa berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya guna melakukan sesuatu dengan lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri berbeda dan lebih baik dari orang lain dalam pemikiran, konsep, dan tindakan yang diwujudkan melalui suatu keahlian tertentu. Setiap keahlian yang telah dimiliki akan terus ditingkatkan guna mencapai cita-citanya. Hal itu dapat dilakukan dengan belajar bagaimana mengasah Gergaji seperti diuraikan dalam pelajaran-pelajaran bernilai berikut:
Conceptual Learning
Practical Learning
Technical Learning
Intra-personal relationship Learning
Interpersonal relationship Learning
A. Belajar mengkonsepkan praktek (Conceptual)
Sejak awal-mula, manusia sudah mengetahui bahwa ia diciptakan seturut gambaran dan citra Pencipta (Yahwe). Karena itu ia diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan membudi-dayakan Alam Raya dan segala isinya. Manusia tidak asal menerima tugas dan tanggung jawab ini karena selain sebagai wakil penciptanya, ia sudah dianugerahi Akal Budi. Dengan Akal Budi manusia bisa menyimpan dan mengelola informasi tentang siapa dirinya, siapa penciptanya, apa tugasnya, serta bagaimana menjalankan tugas yang diberikan pencipta dan apa yang diperoleh dari tugas tersebut.
Manusia tidak bisa melakukan segala sesuatu (tugasnya) secara asal. Akal budi memampukan manusia untuk terlebih dahulu berpikir, berpikir dan berpikir berkali-kali, baru melakukan sekali. Tetapi tidak sebaliknya melakukan sesuatu berulang – ulang baru memikirkan cara/strateginya saat menemui hambatan. Manusia akan terlebih dahulu merumuskan apa yang akan dikerjakan, lalu ia memikirkan cara mengerjakan sasaran yang sudah dirumuskan dan selanjutnya ia melakukan tepat sesuai cara yang telah dipikirkan.
Ini menunjukkan bahwa, manusia sudah terlebih dahulu membuat gambaran tentang apa yang akan dikerjakan dalam sebuah perencaan dan pertimbangan yang terumus dalam sebuah konsep yang matang. Manusia akan terlebih dahulu melakukan sebuah analysing, synthesezing & imaging dan valuing seperti tertulis dalam ayat suci berikut:
"Planning and thought lie behind everything that is done" – Sirach 37:16.
Merujuk pada sabda ilahi diatas, Conceptual Learning bukanlah sebuah hal baru tetapi sudah menjadi sebuah formula yang digunakan manusia untuk mendorong terciptanya sebuah keberhasilan. Apapun pekerjaan yang akan dikerjakan harus diawali dari pikiran dan pertimbangan mesti mendahului setiap perbuatan. Pernyataan ini memberi pencerahan, ternyata konsep adalah awal dari sebuah keberhasilan dan akan menolong Anda berprestasi dalam dunia yang penuh persaingan ini. Sebab tanpa konsep yang jelas dan tepat, Anda ibarat berada dalam sebuah rimba belantara; tidak tahu dari arah mana Anda telah datang/masuk dan ke arah mana Anda akan keluar/tuju.
Bagaimana Anda bisa menerapkan conceptual learning bagi prestasi Anda, mari simak fabel (cerita) berikut:
Berlari – dan Berlarilah Lebih Cepat Atau Mati
Konon di sebuah hutan belantara Timor, ketika fajar menyingsing, berkatalah seekor Singa jantan muda kepada dirinya. ‘Hari ini saya harus makan jika tidak saya pasti akan mati.’ Tetapi bagaimana saya bisa makan, ya? Ia bertanya pada diri sendiri - oh saya tahu lanjutnya, hari ini saya harus menangkap seekor Kijang kesukaan saya. Namun, ada pikiran yang menghantui, karena ia tahu tidak mudah menangkap seekor Kijang.
Kijang itu makluk paling cepat berlari, tapi saya tahu cara menangkapnya, Singa muda itu mencoba membesarkan hatinya. Caranya, saya harus berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari lari kijang yang paling lambat. Karena hanya dengan demikian saya bisa mendapatkan sasaran saya, seekor Kijang untuk makanan hari ini.
Sebaliknya, Kijang pun tahu bahwa ada ancaman kematian yang mengintai. Untuk luput darinya, ia memiliki konsep yang hampir sama dengan singa muda tadi. Bahwa hari ini ia tidak ingin mati diterkam oleh Singa. Untuk itu selain selalu waspada terhadap serangan, ia harus siap berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari singa yang berlari paling cepat. Jika tidak maka Kijang itu akan menjadi santapan Singa hari itu.
Begitu keluar dari hutan, Singa itu mulai menetapkan sasarannya yakni menangkap seekor Kijang. Lalu ia mulai memikir cara menangkap mangsanya, yakni dengan cara mendekati, mengejar dan berlari. Ketika dari kejauhan tampak sekawanan Kijang yang sedang merumput; Singa itu mulai merayap mendekati dan tepatlah seperti yang telah ditetapkannya bahwa singa itu mulai mengejar dengan berlari dan berlari saat para Kijang mulai berlari menyelamatkan diri.
Jika Singa itu bisa berlari lebih cepat dari pada lari kijang yang paling lambat, maka ia akan berhasil menangkap seekor dan terluput dari ancaman kematian. Sebaliknya kijang pun tidak mau mati, ia harus berlari dan berlari minimal lebih cepat dari pada lari singa yang paling cepat. Dengan demikian, ia tak dapat ditangkap dan terluput dari kematian.
Fabel diatas mengajari bahwa sebagai pelaku business, apakah Anda itu market leader (singa) atau market follower (kijang), Anda harus memiliki konsep yang jelas tentang sasaran apa yang diinginkan, apa rencana/strategi yang akan diterapkan dan keyakinan untuk melaksanakan strategi tersebut. Semua itu harus dijalankan dengan sepenuh hati sebagai sebuah ibadah seperti tertulis dalam ayat suci:
Whatever you do, work at it with all your heart as though you were working for the Lord and not for man. Colossians 3: 23
Kesungguhan mutlak diperlukan dalam mengeksekusi sebuah sasaran. Kesungguhan hanya tercipta jika anda mencintai pekerjaan itu. Dan cinta pada pekerjaan akan melahirkan hati yang berkepenuhan dalam suka-cita dalam menyongson keberhasilannya. Dengan kesungguhan dan suka-cita, anda tidak akan bertanya untuk siapa anda bekerja tetapi akan focus kepada hasil apa yang akan anda peroleh.
Setiap eksekusi memiliki tantantangan dan tantangan itu hanya terkalahkan dalam sebuah kesabaran. Kesabaran akan mengenyahkan kemalasan dan kecerobohan, dan kesabaran itu membimbing pada penyerahan diri pada pencipta. Oleh karena itu, miliki hati yang sabar dalam menghadapi setiap rintangan yang muncul dalam pekerjaan, maka harapan akan diguguhkan melalui setiap doa anda. Dengan demikian, Dia yang memiliki hidup ini akan senantiasa menuntun anda hingga pencapaian harapan itu. Hal ini dapat kita baca dalam ayat suci:
Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times – Rome: 12:11
Sasaran yang SMART
Setiap sasaran mempunyai kesulitannya sendiri dalam pencapaiannya. Ada kesulitan yang muncul dalam cakupan (penetapan prioritas), kelayakan kerja/pencapaian, relevansinya dengan keinginan/motivasi dan juga waktu. Guna menghindari sasaran Anda menjelma sebagai sebuah batu sandungan yang tidak menghasilkan kesejahteraan, sebaliknya penderitaan belaka, maka, Anda harus smart (cerdas) dalam menetapkan sasaran yang SMART pula seperti:
Specific artinya sasaran yang ditetapkan harus jelas, utuh dan berupa sebuah kesimpulan tunggal. Ibarat sasaran menendang bola adalah gawang, bukan yang lain.
Measurable artinya kita harus memiliki ukuran yang jelas untuk mengetahui sudah seberapa jauh kita telah mencapai sasaran yang specific tersebut
Attainable artinya memiliki kelayakan rasional untuk bisa dicapai. Bahwa secara rasional sasaran itu dapat kita capai secara bertahap dari terkecil hingga terbesar. Bukan langsung melompat kepada sasarang yang terbesar tanpa melewati tahapan – tahapan awal yang kecil
Relevant memberi pemahaman bahwa sasaran itu memiliki tingkatan relevansi yang tinggi dengan keadaan diri kita sehingga mengajari kita untuk tak berpuas diri. Tetapi dapat mendorong/memotifasi untuk terus berprestasi
Time Scale artinya sasaran dapat dicapai berdasar jenjang waktu yang jelas dan terukur.
Orang beriman memiliki keyakinan bahwa masa depan itu sungguh ada, oleh karena itu harapannya tidak akan sia-sia. Orang beriman membangun masa depannya dengan menetapkan cita-cita untuk menjadi apa atau untuk memiliki apa pada suatu waktu yang ditentukan (membangun konsep), kemudian mengusahakan pencapaian cita-cita (mempraktekan konsep) sesuai rumusan smart diatas dalam langkah-langkah berikut:
menerima talenta khusus (specific) yang Tuhan berikan dan membangun diri berdasarkan talenta tersebut guna mencapai sasaran yang ia tetapkan.
menetapkan ukuran yang jelas untuk mengetahui sudah seberapa jauh ia telah membangun diri guna mencapai sasaran (talenta) yang ia tetapkan,
memiliki kemampuan untuk mencapai sasaran (talenta) secara bertahap,
tak pernah berpuas diri tapi terus berusaha untuk pencapaian talenta yang lebih tinggi
dan terakhir adalah menetapkan waktu pencapaian (talenta) yang jelas.
Ke-5 langkah diatas menegaskan agar setiap kita harus menerima, melaksanakan dan mengembangkan talenta yang kita terima (miliki) dengan sepenuh hati, maka kita akan mendapatkan tidak hanya sebuah kapasitas yang bertambah besar (tanggung jawab lebih besar) tetapi juga sebuah suka-cita, kehormatan, kemulian, kelimpahan, dan kehidupan. Pencerahan ini dapat dibaca dalam cerita suci ini:
The servant who received five thousand talents came in and handed over the other five thousand coins; sir he said, look! There are another five thousand talents that I have earned. Well done, you good and faithful servant! Said his master. You have been faithful in managing small amounts, so I will put you in charge of larger amounts. Come on in and share my happiness. Mathew 25: 20-21
Ayat suci (Mathew 25: 20-21) memberi pencerahan bahwa setiap orang yang menerima dan tekun melaksanakan talentanya dengan sukses, tidak hanya mendapatkan tambahan kapasitas (dukungan moral maupun material untuk keberhasilan) tetapi juga ia akan diberi hak untuk turut berbagi dalam kesuksesan dalam sebuah kebahagian abadi.
Kontrakdiksi dengan Mathew 25: 20-21 diatas, Mathew 25:24-30 menyadarkan kita bahwa sesungguhnya tak ada dukungan moral maupun material (usaha, modal, strategi, teknologi) diberikan kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mengerjakan talentan yang Tuhan berikan. Artinya tidak ada hasil yang dicapai tanpa usaha atau tak ada orang akan memberi Anda modal usaha jika Anda hanya sebatas berkeinginan menjadi pengusaha.
Sudah sepatutnya Concepttual Learning anda jadikan pedoman kerja dengan mengikuti formula Thomas Watson, pendiri IBM berikut ini:
Rumuskan di kepalamu sasaran apa yang Anda ingin capai dalam hidup (Anda ingin menjadi Apa atau Anda ingin miliki apa)
Aktifkan pikiranmu untuk merumus dan menetapkan cara atau strategi yang tepat yang membantu Anda mencapai sasaran tersebut
Pilihlah cara/strategi yang tepat dari cara/strategi yang telah anda pikirkan. Lakukan cara tersebut dengan tekun dan sepenuh hati untuk meraih sasaran yang Anda tetapkan.
Formula Thomas Watson diatas mengajari kita untuk tidak melakukan sesuatu tanpa sebuah konsep yang smart. Konsep/perencanaan dapat menolong seseorang menetapkan seberapa besar dan sulit sasaranya, mengetahui seberapa besar kemampuan untuk mencapai sasaran, menetapkan tahapan pencapaian, memahami relevansi pencapaian terhadap kemajuan yang lebih tinggi dan mengetahui serapa lama pencapaian dapat terpenuhi.
Konsep sebagai Rancangan Tuhan
Konsep berfungsi selain sebagai sebuah kompas/panduan untuk menetapkan skala proritas, juga membantu mengontrol akal budi untuk tidak merancang hal-hal lain yang yang bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep bukanlah sekedar hasil pengembangan pemikiran manusia belaka, tetapi konsep sesungguhnya, merupakan sebuah rancangan yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Sesungguhnya sejak awal penciptaan, Tuhan sendiri telah lebih dahulu memiliki rancangan bagi manusia yakni rancangan suka cita dan damai-sejahtera; sebuah rancangan yang menjadi harapan setiap insan, dan bukan rancangan kecelakaan seperti tertuang dalam sabda:
I alone know the plans I have for you, plans to bring you prosperity and not disaster. The plans to bring about the future you hope for.- Jeremiah 29: 11
Merujuk pada Firman diatas, sepatutnya kita harus memahami bahwa sebuah sasaran tidak akan gagal jika telah didasarkan pada sebuah pemikiran & perencaan yang matang. Perencanaan yang baik dapat memberi hasil yang lebih baik. Namun kerja tanpa sebuah perencanaan akan menghasilkan kekecewaan belaka seperti tertulis dalam ayat suci:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Manusia beriman akan sangat yakin terhadap keberhasilan setiap rancangannya, namun ia sekali-kali tidak mengandalkan kemampuan sendiri untuk melakukan rencananya, tetapi memohon pada Tuhan untuk memberkatinya. Setiap rencana yang telah diberkati memberi setiap pribadi kapasitas dan otoritas yang lebih besar untuk menyelesaikannya dengan berhasil seperti ditulis dalam ayat suci berikut:
Ask God to bless your plans and you will be successfully in carrying them out – Proverb 16: 3
Selain itu, sebuah konsep yang baik dapat juga membantu manusia menemukan alternatif atau solusi lain jika sasaran itu lebih besar dari kemampuan. Hal itu dengan jelas tertuang dalam ayat suci berikut:
If a king goes out with ten thousands men to fight another king who comes against him with twenty thousands men, he will sit down first and decide if he is strong enough to face that other king. If he is not he will send messengers to meet the other king to ask for terms of peace while he is still a long way off-Luke 14:31-32
Ayat suci diatas mengajari bahwa Raja yang kalah kekuatan, tahu bagaimana menghadapi raja yang lebih kuat daripadanya. Ia tidak akan kalah dalam peperangan karena ia telah memilih strateginya yang tepat. Dengan kekuatan negosiasi, ia dapat menghindari penderitaan yang akan mengancam rakyat (kerajaan)nya.
Melandasi praktek dengan ide, teori, filsafat atau konsep yang matang merupakan tradisi orang-orang berprestasi, dan kita patut menirunya. Mereka berhasil karena mereka sesungguhnya telah menerapkan suatu perencanaan dengan prinsip kehati-hatian seperti tertuang ayat suci berikut dalam hidup:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sebab sesungguhnya sebuah ide tanpa praktek akan mandul, tetapi praktek tanpa ide akan statis. Demikian Nagome mengatakan "Praktek membutuhkan pemikiran. Jika pemikiran tidak diterapkan dalam praktek, praktek tidak akan lebih baik."
Dalam penelusuran yang dilakukan Quin Spitzer dan Ron Evan, penulis buku "Heads you win, how the best company think" (1997) terhadap sejumlah pengusaha sukses di dunia ini, termasuk Morita dari Sony dan Sam Walton dari Wal Mart, ditemukan fakta bahwa mereka hebat bukan hanya karena mereka banyak tahu (teori) dan bukan pula karena hanya banyak melakukan (practice). Mereka hebat karena mereka adalah orang praktek sekaligus orang konsep (people of action and people of thought)
Tujuan Tanpa Visi Misi
Sebaliknya ada orang yang bisa mencapai suatu tujuan tertentu tanpa menetapkan sasaran yang benar, tanpa rencana yang tepat dan juga tanpa melakssanakan rencana secara akurat. Tentu saja tujuannya itu tidak sama dengan tujuan yang biasa ditetapkan berdasarkan visi dan misi yang tepat. Tujuan yang ia capai tak didasarkan motivasi yang tulus dan memberdayakan. Sebagai contoh, kita dapat menemui ada orang berpura-pura serius bekerja saat ada pengawasan atau ia tekun bekerja sekedar untuk menyenangkan pimpinan. Ada orang lain telah bekerja keras karena ada kekuatiran berlebih terhadap kehidupan keluarga, pendidikan Anak dan juga karena dorongan keinginan dan bukan kebutuhan untuk memiliki sesuatu.
Cerita berikut dapat menolong Anda mengetahui bagaimana seseorang dapat mencapai tujuan yang tidak didasarkan pada visi-misi yang ditetapkan.
Selamat dari Kolam Buaya
Konon suksesi harus segera dilaksanakan di sebuah Kerajaan yang menjunjung tinggi paham patriaki. Namun, permasalahanya, sang Raja hanya memiliki seorang putri saja.
Sebagai solusi, sang putri yang sudah dewasa itu harus segera dinikahkan.
Sayembara diadakan untuk memilih pangeran-pangeran yang gagah perkasa dari negeri-negeri seberang sebagai menantu Raja dan sekaligus sebagai penerus Tahta.
Mengingat pentingnya kecerdasan dalam mengelola kerajaan, maka para pangeran tersebut wajib menjalani serangkaian ujian tentang tata-pemerintahan, pengelolaan sumber daya bagi kesejahteraan rakyat dan juga tentang strategi pertahanan dan keamanan.
Panitia seleksi sangt kesulitan untuk menetapkan calon Raja, karena ternyata para pangeran itu sama-sama memiliki kompetensi sangat tinggi. Sebagai solusi, sang Raja yang akan memimpin sendiri ujian sesi terakhir untuk memilih salah satu sebagai menantu dan sekaligus penganti Raja.
Para pangeran diminta berbaris diujung kolam renang, sedangkan Raja dan para Menterinya berada diujung yang lain. Ujian yang akan berikan Raja ini sangat sederhana, para pangeran hanya diminta beradu kecepatan berenang untuk mencapai ujung kolam dimana Raja dan para Abdinya berada.
Sekarang, kata Raja, saya akan menghitung mundur dari angka tiga, dan kalian harus segera melompat berenang secepatnya. Siapa yang finish pertama, dialah calon menantu dan sekaligus penganti saya. Sambil menyimak istruksi Raja, para pangeran mulai menyiapkan start dengan mantap bagaikan atlit-atlit profesional. Namun, lanjut Raja, kalian harus benar-benar menunjukan kehebatan yang luar biasa karena setiap peserta harus mampu mengatasi rintangannya masing-masing berupa seekor buaya lapar.
Tiga-Dua-Sa…..tu,begitu instruksi Raja, suasana menjadi hening karena ternyata tidak ada seorang pangeranpun yang berani begitu mengetahui setiap track kolam itu berisi seekor Buaya. Tiba-tiba kesunyian itu pecah karena ternyata ada seorang pangeran yang berani menceburkan diri kedalam kolam. Semua hadirin menjadi tegang menyaksikan bagaimana perjuangan sang pangeran menloloskan diri dari kejaran seekor buaya besar.
Selamat!!! sambut sang Raja dan tepuk tangan mengema saat pangeran tadi berhasil mencapai ujung kolam dengan selamat. Sambil memegang tangan pangeran muda pemberani itu, Raja berkata, hari ini juga para dewan kerajaan akan memahkotai mu sebagai penggantiku dan putriku akan menerimamu sebagai suaminya.
Mari kita memasuki ruang penobatan, ajak Raja.Namun, sang pangeran menjawab, tunggu dulu baginda, lupakan dulu segala perayaan yang telah disiapkan itu, sebab saya harus menemukan dulu siapa pangeran brengsek yang telah membahayakan nyawaku dengan mendorongku kedalam kolam buaya.
Cerita ini mengajari kita bahwa sang pangeran telah sampai finish bukan karena ingin menggapai tahta Raja dan menjadi suami sang Putri (visi-misi). Tetapi lebih disebabkan karena keterpaksaan atau niat yang tidak lahir dari dalam diri (hati). Dengan kata lain, pangeran itu telah berani berenang dengan kecepatan luar biasa karena didorong oleh seseorang, dan juga karena ingin selamat dari sergapan buaya bukan oleh visi dan misinya.
B. Belajar Mengkonsepkan Praktek (Practical Learning)
The excellence is not an action, but habitual – Aristotle.
Kita telah belajar bagaimana mempraktekan konsep (conceptual learning) dalam dua buah cerita "Berlari dan berlarilah lebih cepat dan Mati dan Selamat dari kolam Buaya." Kali ini kita akan belajar bagaimana mengkonsepkan praktek (practical learning) melalui cerita berikut ini:
Si Tukang (penjual) Air Vs Jagoan Panah
Konon pada sebuah pemukiman kumuh di Surabaya, hiduplah seorang tua. Ia tidak memiliki pekerjaan yang baik seperti kebanyakan warga. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pak tua ini menjual air keliling. Ia memasok air kepada warung – warung kecil dan juga tetangganya yang tidak mampu berlangganan air dari Perusahaan Air Minum (PDAM).
Berbekalkan sebua gerobak dorong tua dan beberapa jerigin besar, pak tua, penjual air ini berkeliling dari satu RT ke RT yang lain. Tanpa mempedulikan terik matahari dan pengap asap kendraan, ia melayani setiap pelangan dengan setia dan tulus. Para pelangan sangat berterima kasih karena tanpa dia, mereka tidak akan pernah mendapatkan air bersih. Pak tua penjual air ini pun menjelma sebagai contoh - walau hanya menjual air keliling, ia dapat mengirimkan putra – putrinya ke Universita dan membantu orang lain yang berkekurangan.
Walau berstatus mahasiswa, putra si Tukang Air ini sangat rajin membantu melayani pelangan ayahnya. Ia sering mengantar air mengantikan ayahnya saat tak ada kegiatan kampus. Namun ternyata ada penganggu – Ia sering dilecehkan. Ada pemuda lain yang menganggap menjual air sebagai pekerjaan hina dan tidak memberikan pengalaman apalagi ketangkasan. Ia beranggapan demikian karena bisa mengikuti banyak kegiatan ketangkasan seperti memanah dan balapa.
Kehebatan memanah pemuda tersebut mendapat pujian banyak pihak karena ia selalu membidik dengan tepat apapun dan seberapa jauh sasarannya.
Mahasiswa anak penjual air tersebut sekali – kali tidak menceritakan pelecehan yang ia terima-lagi pula ia tak pernah minder, marah dan benci. Sebaliknya ia berusaha mencari kesempatan untuk memberi pelajar yang berharga bagi pemuda yang sombong itu.
Suatu sore, sambil mendorong gerobak berisi air, tanpa sengaja, putra si tukang air itu melewati tempat latihan memanah dari si anak muda yang sombong tersebut.
Oh …! Ini si penjual air yang mengaku sebagai mahasiswa itu. Untuk apa Anda datang ke sini – apakah anda ingin pamer bahwa kamu juga anak kampus yang tak berarti? Pergi sana atau aku dapat menghancurkan gerobak mu ini. Aku tidak mau melihat mu disini.Hardik si pemain panah dan teman – teman mainnya.
Maaf kawan, saya hanya lewat sini tanpa sengaja. Tetapi jika tidak berkeberatan, saya pun ingin bersyukur karena Tuhan telah memberi ketangkasan yang hebat atas ketekunan mu berlatih dan berlatih. Jika anda tak lelah berlatih, kelak anda bisa menjadi atlet panah professional dengan prestasi International. Sebaiknya anda jangan sombong! Jujur saja bahwa saya tak bisa bermain panah, namun, saya juga bisa menunjukan sebuah ketangkasan lain yang kamu tidak bisa. Kata anak penjual air.
Ah, theory, mana ketangkasan yang akan kamu tunjukan, tantang si jago panah.
Kawan, disini ada beberapa botol, bisakah Anda menuangkan air dari jerigen kedalam setiap botol tanpa tumpah? Ajak mahasiswa penjual air.
Dengan sombong sang jago panah menuangkan air kedalam botol. Karena tak berhasil, si penjual air berseru; oh, ternyata Anda tidak bisa sama seperti saya tidak bisa memanah dengan baik, tapi coba lihat apa yang saya lakukan – tidak ada setetes air yang tumpah, bukan? Hal ini perlu kamu ketahui bahwa saya sudah mendampingi ayahku menjual air sejak TK dan karena itu saya sangat tangkas dalam menuangkan air dari jerigen kedalam botol. Demikianpula Anda sangat mahir memanah karena telah berlatih dengan tekun, bukan? Nasehat mahasiswa penjual air.
Merujuk pada cerita diatas, kita dapat menemukan pembenaran bahwa baik itu ketangkasan mengisi air dalam botol maupun memanah didapat dari serangkaian praktek (pembiasaan) yang berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama. Stenberg, seorang psikolog dari Yale University, menemukan bahwa kumpulan dari praktek yang kita jalankan setiap hari memberikan sebuah tacit knowledge atau pengetahua naluriah. Tacit knowledge ini sangat membantu seseorang mengusai pekerjaan yang sedang dijalani.
Sebagai gambaran Prof Steinberg memberi contoh bahwa seorang sopir akan sangat ahli dalam mengemudi dan penguasaan jalan bukan karena kecerdasannya saat kursus montir, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek.
Hal d berpraktek, praktek dan praktek diperkuat oleh Ted Williams dengan mengatakan "Orang selalu berkata bahwa bakat dan kejelian saya yang menjadi alasan kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek dan praktek yang saya jalankan.
Praktek membuat kecerdasan bertambah. Tidak keliru orang mengatakan ’practice is good teacher.’ Karena praktek akan menghasilkan pengetahuan yang bisa kita gunakan untuk mempertajam naluri dan memperkuat ketahanan dan memperbaiki bobot keputusan.
Praktek dan Tantangan
Praktek yang tekun menghasilkan keahlian dan pencapaian keahlian itu pasti diwarnai dengan hambatan dan tantangn. Namun janganlah lari, karena setiap Tantangan akan melahirkan ketekunan, ketekunan mendatangkan tahan uji, tahan uji mengundang peneguhan Tuhan dan peneguhan Tuhan menciptakan harapan yang tidak mengecewakan.
Penemu hebat Thomas Alfa Edisonpun mengalami 9.999 kegagalan (tantangan) praktek, namun ketika ia ditanya apakah ia akan mengenapi kegagalannya menjadi 10.000, ia berpendapat: "saya baru saja menemukan 10.000 cara baru yang belum bisa bekerja secara optimal."
Sejatinya, dengan tantangan seseorang mendapatkan ujian yang memberdayakan, dan mendewasakan. Tanpa tantangan seseorang tidak akan pernah menemukan jalan keluar yang lebih baik. Setiap orang yang berani menerima tantangan adalah orang yang sedang menaikan bobot kepribadiannya (kualitas diri) ke level yang lebih tinggi. Tantangan yang Anda hadapi bukanlah sebuah kesia-siaan. Terimalah dan kerjakan setiap tantangan dengan sungguh dan tekun karena Tuhan telah menetapkannya sebagai jalan menuju keberhasilan seperti ringkasan kutipan suci berikut:
Trials result in ability to endurance; Endurance carries you all the way without failing. – James 1: 2 – 3 and 1Corinthians 10: 13
Sesungguhnya tantangan akan membuat anda menjadi tekun dan ketekuanan melahirkan kehebatan. Kehebatan bukanlah monopoli orang-orang tertentu saja. Kehebatan adalah buah dari ketekunan dalam tidakan-tindakan yang telah menjelma menjadi sebuah kebiasan yang baik. Demikian Aristotle berpendapat: Excellence is not an action but habitual.
Dengan apa kita dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan konsep? Seperti halnya seorang sopir, kita dapat meningkatkan kemampuan praktek dengan memperbanyak praktek atau mempraktekan konsep yang telah kita buat. Emile Chartier berkata "Tidak ada yang lebih membahayakan bagi manusia jika yang ia miliki hanya ide semata (ide tanpa praktek)."
Praktek dan berpraktek bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Setiap praktek yang dikerjakan dengan sepenuh hati tidak akan berakhir dengan hampa. Tuhan maha pengasih dan penyayang selalu melimpahkan berkat dan anugrahNya kepada setiap umat yang tidak berpangku tangan seperti disabdakan berikut:
"For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life." – Rome 2: 6 – 7
Sesungguhnya mempraktekan atau mengerjakan apa yang kita konsepkan merupakan wujud tanggung jawab terhadap Tuhan. Melalui berkerja, Tuhan telah menyertakan kita dalam keberlangsungan karyaNya di Bumi.Dan karena itu, kita akan mendapatkan anugrah berupa kesejahteraan dan kebahagian seperti disabdakan berikut:
Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
C. Belajar meningkatkan Kecakapan Skill/Teknik (Technical Learning)
Seorang pelaut tradisional dapat mengarungi samudra raya dan bisa sampai di pelabuhan tujuan karena ia cakap membaca tanda-tanda langit (ilmu astronomi). Seorang petani tahu waktu yang tepat untuk membuka lahan, menabur dan menuai.Ia pandai membac tanda-tanda musim. Sungguh, Tuhan telah menetapkan segala sesuatu indah ada waktunya.
Dalam dunia kerja misalnya, kita membutuhkan alat-alat tertentu untuk mempermudah pekerjaan, maka kitapun harus pandai/terampil mengunakan alat-alat tersebut. Misalnya, seorang karyawan pabrik harus paham mengoperasikan mesin produksi. Seorang clerk harus pandai mengetik, mengunakan computer dan Internet. Penguasaan correspondence serta peningkatan distinctive capabilities seperti leadership, teamwork, process, tacit knowledge, adalah keharusaan saat ini bagi seorang pekerja.
Intinya, setiap pekerjaan membutuhkan peralatan dan peralatan membutuhkan skill-skill tertentu dan pelaku harus menguasainya. Tanpa skill yang memadai, hasil yang didapat tidak maksimal. Jika kita hanya memiliki skill yang biasa-biasa saja, sulit bagi kita untuk mendapatkan hasil lebih baik atau posisi lebih tinggi.
Skill Kerja
Belajar dan brusahalah senantiasa untuk meningkatkan skill anda agar setiap pekerjaan yang anda kerja dapat menghasilkan maksimal. Ada beberapa skill yang perlu kita miliki, kuasai dan tambahkan dalam dunia kerja antara lain:
Conceptual Skill: bagaiman mengkonsepkan pekerjaan
Technical Skill: bagaimana menjalankan alat yang dibutuhkan pekerjaan
Practical Skill: skill yang hanya bisa diasah dengan cara banyak melakukan praktek
Communication Skill: bagaimana membahasakan pesan suatu proses/pekerjaan yang akan dieksekusi
Apakah anda sudah melengkapi diri dengan skill atau teknik yang dibutuhkan pekerjaan anda? Beberapa skill seperti tersebut diatas sangat bermanfaat karena dapat menolong seseorang untuk antara lain:
Berpikiran besar & positif dan memiliki kemampuan untuk merumuskan pikirannya secara sistematis dan teratur
Memiliki daya konseptualisasi yang baik terhadap sebuah sasaran
Memiliki kemampuan penguasaan data yang baik
Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan pesan pekerjaan
Mempunya emosi yang terlatih, tenang dan seimbang sehingga tumbuh sebuah temperamen yang tenang dan jernih dalam menghadapi semua situasi, bahkan yang tersulit sekalipun.
Para pakar berkesimpulan bahwa semakin banyak dan semakin baik skill yang kita miliki dan kuasai, kita akan semakin powerful. Dalam dunia industri satu mesin dapat mengantikan 100 orang berskill biasa-biasa saja, tetapi peran satu orang yang sangat skillful tidak bisa tergantikan oleh satu mesin tercanggih sekalipun.
Oleh karena itu, pusatkan diri pada peningkatan skill (kemampuan) Anda yang unik seperti dalam kepemimpinan, teamwork, process, pengetahuan naluriah, dan lain-lain yang mustahil tergantikan atau tersaingi.
Stephen Convey & Zig Ziglar pernah mengatakan bahwa jika kita menggunakan cara yang sama dalam melakukan sesuatu atau melakukan hal yang sama berulang-ulang, janganlah kita mengharapkan hasil yang berbeda.
Jadi jelaslah bahwa skill adalah modal kerja yang sangat penting, sebab dalam praktek hidup, bukan jenis pekerjaan yang membuat nasib kita berubah (karier kita naik, turun atau tetap) melainkan kualitas dalam menangani pekerjaan itu (how well we are doing).
D. Belajar Membangun Hubungan
"To handle yourself, use your head; to handle others, use your hearth." – Donald Laird
Maukah anda ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil? Atau apakah anda berketetapan untuk hidup bagi diri sendiri?
Manusia baru bisa memahami dirinya jika ia bisa membangun sebuah hubungan, interaksi dan komunikasi. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan diri dan orang lain tentu melibatkan intelektual, emosi dan hati. Maka tidak heran jika berkomunikasi dan berinteraksi akan meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) – sebuah kecerdasan yang memberdayakan seseorang agar mampu mengelola hubungan dengan diri sendiri maupun hubungan dengan diri orang lain. Dan ketika kecerdasan emosional meningkat, maka hati akan turut melahirkan sikap simpati dan empati.
Setiap hubungan memiliki kadar kualitas yang ditentukan oleh cara membangun dan mengelolanya juga oleh kepercayaan yang terkandung didalamnya. Keharmonisan dapat lahir dari setiap hubungan jika pengelolaannya baik dan ada kandungan kepercayaan didalamnya.
Ada dua bangun hubungan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang; bangun hungun dalam diri dan hubungan dengan orang lain.
Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri (Intrapersonal relationship)
Sesungguhnya tidak ada hubungan yang paling penting dan paling intim dalam hidup, selain membangun hubungan dengan diri. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan semua harapan dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa berkomunikasi dengan diri, hati kita akan tak mungkin menghasilkan pikiran untuk menetapkan sebuah saasran, merancang cara/strategi dan dan melakukan tepat seperti cara /strategi untuk meraih sasarannya.
Membangun hubungan dengan diri berarti berbuat sesuatu bagi diri, dan perbuatan pada diri itu haruslah berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Dengan demikian hati akan menghasilkan semangat belajar yang tinggi dan ketetapan untuk melakukan apa yang dipelajari, maka sebuah hasil yang baik akan hadir seperti tertulis dalam ayat suci:
"Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper." – proverb 19:8
Oleh karena itu pandai-pandailah memilih hubungan yang akan anda bangun.
Namun, darimana membangun dan mengelola sebuah hubungan berkualitas dalam diri yang dapat menciptakan sebuah keharmonisan? Mari kita memulai hubungan dengan diri dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:
1. Mulailah dari diri sendiri dengan sikap dan tindakan:
Bangunlah hubungan yang dapat menerima diri sepenuhnya berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Hubungan demikian akan terbangun dalam hari-hari anda jikalau anda mengwali hari Anda dengan kasih, mengisi hari Anda dengan kasih dan mengakhiri hari Anda dengan syukur
Ciptakan sebuah kenyamanan diri sehingga ia (diri) mampu menerima diri seutuhnya (apa adanya). Tujuannya untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengubah ke arah lebih baik. Demikian J Campell menyimpulkan "Paradoks kehidupan yang sering saya rasakan adalah menerima keadaan diri apa adanya dan barulah saya mengubahnya." Sedangkan Lowell berkesimpulan "Prestasi besar tidak bisa dihasilkan oleh orang yang tidak bisa menerima diri secara utuh."
Pastikan semua yang anda lakukan dapat senantiasa memenuhi hati Anda dengan suka-cita dan membuat hati Anda selalu bersyukur dalam segala situasi. Ini adalah perintah Tuhan bagi mereka yang ingin hadirat Tuhan ada dalam diri mereka. Baca:
2Thessalonians 5:16-18 Be joyful always, pray at all times. Be thankful in all circumstances. This is what God wants from you in your life in union with Jesus Christ.
Hati yang bersyukur tak hanya berkelimpahan dalam kasih, tetapi juga mampu melepaskan pengampunan dan berbagi dalam suka dan duka. Hati bersyukur mampu mengubah penderitaan menjadi kebahagian dan bertekad menghadapi tantangan yang lebih besar. Kitalah yang harus lebih dahulu menciptakan keharmonisan dengan berbuat pada diri yang dilandaskan pada cinta dan kasih dan itu adalah perintah yang telah diturunkan Tuhan seperti tercatat:
"Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper." – proverb 19:8.
Demikian juga Mahatma Gandhi berpesan "ketika putus asa, saya selalu ingat bahwa dalam sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuh yang sepintas seperti pemenang, akhirnya kalah. Pikirkan SELALU ucapan saya ini."
2. Jadilah pemimpin diri dengan sikap dan tindakan:
Peran dan Tugas. Sebagai pemimpin diri, kita berperan menyadarkan diri untuk mengikuti kehendak diri yang baik. Juga bertugas untuk menciptakan perubahan penting dan konstruktif. Pemimpin diri tidak membiarkan diri dikontrol tapi mampu mengendalikan diri saat ada pencobaan. Orang yang tak bisa mengendalikan diri dengan baik umumnya tak memampu untuk bisa menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, pengalaman dan kesadaran yang dimiliki guna bangkit lagi dengan cara yang lebih baik. Seorang pemimpin diri biasanya memiliki kualitas berikut:
Sabar. Orang yang tergesa-gesa sering menyebabkan kekacauan dalam tugas. Hasil yang didapat tidak optimal baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kesabaran adalah perintah Tuhan yang harus kita patuhi karena memampukan seseorang untuk hidup teratur dan tekun dalam tugas serta mampu mengendalikan situasi seperti di firmankan:
"It is better to be patient than powerful; it is better to win control over yourself than over the whole country." – Proverb 16:32.
Terinspirasi oleh Proverb 16:32, Benjamin Franklyn, mantan Presiden USA mengatakan: "untuk menjadi orang jenius dibidang kita, kita dituntut satu bakat yang ia sebut bakat SABAR. Sehebat apapun kemampuan/bakat alamiah anda, tak akan memberi keuntungan jika anda tidak SABAR memperjuangkan, mengasah dan memberdayakannya."
Sabar akan membuat hati, pikiran dan tindakan akan menjadi selaras. Selaras untuk merencanakan dan sabar untuk melakukannya maka kita akan mendapatkan hasil lebih optimal seperti tertulis:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sedangkan Einstein berbagi pengalaman berikut: "Tidak ada karya hebat yang lahir dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan."
Sadar Diri. Dengan mengenal diri, kita mampu mengenal diri orang lain, mempengaruhi dan berbagi pengalaman dengan mereka. Orang yang sadar diri adalah orang yang memiliki tujuan hidup. Ia menetapkan target-target yang harus dicapai (mau jadi apa atau mau memiliki apa) pada waktu yang ditetapkan. Orang sadar diri akan melengkapi diri dengan pengetahuan, cara dan strategi untuk mencapai tujuanya. Ia akan selalu belajar untuk menghadapi tantangan lebih besar dan ia mampu dengan cepat mengeluarkan diri dalam putus asa, trauma dan ia tak akan mengalami luka batin saat gagal.
Sebaliknya orang yang lupa diri tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan diri. Ia tidak peka terhadap suara hati serta menghakimi diri tidak berarti seperti rujukan suci berikut:
"I do not understand what I do; for I do not do what I would like to do but instead I do what I hate" – Rome 7:15.
Senada sabda diatas, Ronggowarsito mengingatkan bahwa "seuntung-untung orang yang lupa diri tak mungkin lebih untung daripada orang yang sadar diri". Sedangkan dari Doktrin Samurai kita belajar bahwa "jika hubungan kita dengan diri sendiri kacau, teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan benar."
Sabda dalam kitab Roma 7:15, doktrin Samurai dan pendapat Ronggowarsito mengispirasi kita bahwa manusia gagal dalam hidup bukan karena kurang kapasitas/kemampuan tetapi karena ia kalah mengontrol diri sehingga cendrung melakukan apa yang menjerumuskan yang seharusnya ia benci. Orang sadar diri melihat masalah dan menghindarinya sedangkan orang lupa diri hanya akan menjerumuskan diri seperti rujukan suci:
"Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later"- Proverb 22:3
Memiliki harapan. Orang yang memiliki harapan mengutamakan perbuatan baik (pekerajaan Tuhan) dan tidak cemas terhadap hari esok. Ia fokus pada hari ini sebagai landasan keberhasilan hari esok, namun tak lupa belajar dari hari kemarin sebaliknya. Orang berpengharapan melandaskan semua hidupnya (kata & perbuatan) pada kebenaran, karenanya ia akan menerima dari Tuhan seperti difirmankan berikut:
"Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings".– Mathew 6:33-34

Meraih kemenangan diri terlebih dahulu. Orang sukses biasanya menerima orang lain dan lingkungan sebagai factor pendukung bagi keberhasilannya. Namun dukungan itu mustahil datang kepada orang yang belum memenangkan diri (tidak siap). Herry S Truman, mantan Preseiden USA mengatakan "semua orang berprestasi di Dunia ini memilikki kesamaan yaitu mereka meraiah kemenangan diri terlebih dahulu baru kemudian meraih prestasi." Artinya, tak mungkin memaksa keadaan atau orang lain agar mendukung usaha, keberhasilan dan kebahagian kita. Kitalah yang harus bekerja keras terlebih dahulu seperti tertuang dalam firman berikut
"Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times" – Rome: 12:11
Belajar Berhubungan dengan Orang Lain (Inter-personal relationship)
"You can make more friends in two months by becoming interested in other people than you can have two years by trying to get other people interested in you." Advised David Carnegie.
Sebuah hubungan dapat terbangun diantara dua orang atau lebih karena ada sebuah kepercayaan yang tercipta diantara mereka. Sebuah hubungan mustahil terbangun tanpa kepercayaan. Demikianpula sebuah hubungan tak akan memiliki kualitas jika tak ada kadar kepercayaan yang cukup didalamnya.
Hubungan dan Kepercayaan ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, tapi tak dapat dipisahkan. Setiap sisi memiliki nilai yang saling melengkapi dan dapat diterima oleh umum, tentu karena telah melekat kepercayaan yang sama terhadap kedua sisi itu.
Orang dapat membangun hubungan didorong oleh keinginan untuk bersoasialisasi, karena melalui soasialisasi, mereka saling mengisi dan melengkapi. Jadi mustahil seseorang ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil dan juga seseorang tak mungkin hidup bagi diri sendiri
Oleh karena itu apapun yang anda sedang dan akan anda kerjakan, dan apabila itu berkenaan dengan orang lain maka anda sedang melakukan pekerjaan membangun hubungan.
Hubungan dapat membuat segala sesuatu dapat berproses, berjalan atau terjadi. Misalnya, jika anda menjual barang, orang berpendapat anda sedang melakukan bisnis penjualan. Sebenarnya, anda tentu tak sedang melakukan bisnis penjualan, melainkan bisnis membangun hubungan. Barang anda hanya bisa terjual melalui hubungan yang anda bangun dengan orang lain, bukan? Hal ini juga terjadi dalam semua lini kehidupan. Para staff sebuah kantor dapat melaksanakan pekerjaan mereka tentu tak lepas dari sebuah landasan hubungan yang sudah terbangun dalam management. Artinya, keberlangsungan dan juga keberhasilan sebuah usaha tak akan terlepas dari sebuah bangunan hubungan dengan keharmonisan yang tercipta didalamnya .
Setiap hubungan memiliki kadar kualitas dan setiap hubungan yang berkualitas mendorong lahirnya keharmonisan. Kualiatas sebuah hubungan tidak hanya ditentukan oleh cara membangunnya. Tetapi juga lebih ditentukan oleh kandungan kadar kepercayaan dan juga oleh cara mengelolanya.
Manfaat Membangun Hubungan
Setiap hubungan mempunyai tujuan dan manfaat tertentu bagi pribadi-pribadi yang membangunnya. Orang umumnya membangun hubungan dengan orang lain karena tujuan/manfaat berikut:
Melakukan Perbuatan Baik.
Dalam hidup kita temui ada orang yang berhasil dan ada yang gagal. Orang sukses akan mudah membangun hubungan sedangkan orang yang tak beruntung dalam hidup biasanya dimarginalkan. Namun itu tak berlaku bagi orang yang telah bebas dari belenggu harta dan tahta. Mereka menerima orang tak beruntung sebagai anugerah untuk dapat mewujudkan kasih dengan berbagi dalam motifasi, pengajaran, bimbingan dan bahkan materi.
Tujuanya adalah membuat orang lain merasa bernilai dan menjalani hidup lebih baik. Banyak orang sukses ingin membangun hubungan guna menyalurkan kasih atau mengamalkan hukum menabur dan menuai seperti tercatat dalam kitab suci. Namun pastikan semua yang anda lakukan harus benar-benar bermanfaat dan bukan untuk memanjakan orang yang tak beruntung atau mencari pengakuan/pujian bagi diri sendiri seperti tertulis dalam ayat suci:
When you do a good deed, make sure you know who is benefiting from it; then what you do will not be wasted – Sirach 12:1
Menemukan suatu kenyamanan dari Anda.
Anda ingin memperluas usaha dengan membangun hubungan atau kerjasama? Orang lain akan engan bekerjasama jika mereka tidak menemukan suatu kenyamanan dari Anda. Oleh karena itu, pastikan bahwa apa yang anda miliki atau tawarkan tidak hanya unik, unggul dan menguntungkan tapi juga menarik dan menyenangkan orang lain. Misalnya sebagai pedagang, anda harus membuat apa yang anda jual memiliki daya tarik, menyenangkan dan inspiratif karena itu adalah awal keberhasilan dari keseluruhan proses penjualan anda.
Jadi, jika apa yang anda kerjakan dalam hidup dapat membuat pelangan bahagia dan terinspirasi, maka yakinlah bahwa mereka tidak hanya akan berjalan melainkan berlari menemui anda untuk bekerja sama.
Berbagi Keberuntungan.
Membangun hubungan dapat mendatangkan keuntungan bagi keberlangsungan setiap usaha, tapi bukan keuntungan semata sebagai fokus usaha anda. Masih ada visi lebih mulia yakni jadikan usaha anda bernilai bagi masyarakat dan dapat mengubah kehidupan disekitarnya menjadi lebih baik. Jika anda dapat memenuhi visi ini, anda telah menemukan keberadaan usaha anda dan juga telah mencapai tujuan yang tepat.
Oleh karena itu tanamkan dalam hati bahwa keuntungan adalah sebuah pencapaian sebagai akibat pilihan dan pengakuan masyarakat. Kuntungan bukan sebagai refleksi keserakahan perusahaan, tetapi sebagai pengakuan bahwa apa yang anda tawarkan dihargai. Ini adalah superior value yang harus diamalkan-demikian kata Konosuka Matsushita "Profit should be a reflection not of a corporate greed but a vote of confidence from society that what is offered by the firm is valued".
Dari gambaran ini, jelaslah bahwa berbagi keberuntungan perusahaan dengan Stakeholders (Masyarakat, Customers, Pemegang Saham, Karyawan dan Management) bukan sebagai tanggung jawab semata tetapi lebih sebagai motivasi untuk mendorong pencapaian/keberhasilan lebih besar.
Berbagi tangung jawab.
Kepercayaan adalah landasan bagi dua atau tiga orang untuk berbagi tanggung jawab. Setiap orang biasanya akan bertindak untuk dan atas nama diri atau orang lain dalam melakukan sesuatu. Dengan kepercayaan kita mudah beriteraksi guna memahami keinginan dan kebutuhan orang lain. Teatpi juga agar kita mudah mengkomunikasikan value, visi dan misi guna membangun sebuah kerja sama yang lebih besar. Peter Drucker, pakar Management mengatakan bahwa kemampuan mendengarkan keinginan orang lain yang tak terucapkan merupakan pilar utama komunikasi.
Berbagi keuntungan dan tanggung jawab dalam sebuah hubungan dapat membangkitkan semangat dan rasa turut memiliki baik dari orang-orang anda maupun masyarakat sekitar.
Menilai diri
Anda tidak akan mengetahui seberapa besar kemampuan diri hingga Anda menemukan seseorang yang dapat berbuat lebih baik. Orang lain adalah cerminan bagi diri kita dan sebaliknya kita adalah cerminan bagi orang lain. Bruce Lee mengatakan, bekerjasama dengan orang lain akan memperbaiki penilaian diri terhadap keunggulan yang kita miliki. Orang yang tidak bisa bekerja sama dapat bertumbuh menjadi pribadi yang sombong atau sebaliknya menjadi rendah diri.
Belajar mengembangkan diri.
Bergaul dengan penjual parfum, kita dapat percikan aroma wangi, tapi berhubungan dengan pandai besi, kita dapat percikan api. Berhubungan dengan pekerja keras, kita akan turut berbagi dalam kesuksesan. Tetapi bergaul dengan para pemalas kita hanya akan menyengsarakan diri.
Disadari atau tidak, orang yang kita kenal memberi pengaruh baik atau buruk secara signifikant terhadap pertumbuhan kita. Oleh karena itu kita harus siap guna menambah nilai diri bukan sebaliknya terinfeksi sisi negatif dari sebuah pergaulan. Hal itu dinyatakan dalam ayat suci berikut:
If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1.
Demikian Dahlan Iksan mengatakan "saya dapat menjadi pengusaha karena tertular pimpinan saya." Dahlan Iskan bertumbuh menjadi orang sukses dalam usaha dan kepemimpinan karena ia telah belajar dari orang yang memiliki kepemimpinan dan keteladanan yang luar biasa. Gordon Dryden & DR. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa.
Dari penjelasan- penjelasan diatas kita dapat belajar bahwa dengan membangun hubungan, seseorang dapat menemukan bagaimana mengembangkan diri. Membangun hubungan juga mendorong dua atau tiga orang saling memilih untuk saling memahami dan berbagi tanggung jawab dan juga berbagi keberuntungan. Orang sukses memiliki kemampuan menjalani hidup yang seimbang yang ditandai oleh keseimbangan memberi dan menerima dalam sebuah hubungan. Setiap interpersonal relationship dibangun atas fakta hidup ini. Barangsiapa yang selalu memberi saja atau sebaliknya menerima saja bertindak melawan hukum keseimbangan ini. Kebenaran hakiki ini valid tanpa pengecualian bagi setiap orang yang berhubungan dengan orang lain dimanapun.
Orang gagal engan membangun hubungan atau bekerjasama dengan orang lain. Biasanya orang gagal merasa membangun hubungan hanya akan merugikan dirinya. Sebaliknya orang sukses selalu ingin membangun hubungan dan menempatkannya sebagai tujuan. Dengan membangun hubungan, orang sukses akan selalu belajar baik dari diri, rekan, advisers, coacher, consultants, team members, suppliers, customers dan competitors.
Belajarlah pada pribadi, tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan yang dapat memberi pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber yang tepat sesungguhnya akan menemukan dan memiliki kehidupan, mendapatkan tuntunan dan juga damai, hal itu tertuang dalam ayat suci:
"Learn where understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long and full life, light to guide you and peace."-Baruch 3:14
Juga tak lupa untuk selalu menempatkan mantan seniornya sebagai sumber inspirasi seperti tersirat dari cerita berikut.
BELAJAR DARI KATAK
Konon ada sebuah perusahaan yang dulunya tumbuh pesat, sedikit mengalami keguncangan hari-hari ini. Kemunduran itu terjadi bukan karena management dan kepemimpinan yang kurang credible. Tidak juga disebabkan oleh hal-hal Strategic Framenya terdegradasi menjadi Blinder (pembuta), Prosesnya diterima sebagai Rutinitas, Relationshipnya menjelma menjadi Shackle (kerangkeng), dan atau Valuenya telah diamini sebagai sebuah Dogma (iulasan Donald N Sull dalam artikel "Why Good Companies Go Bad" di Harvard Business Review). Namun, kemunduran itu mungkin lebih disebabkan oleh krisis global akhir-akhir ini.
Banyak cara sudah dilakukan oleh management, termasuk CEO berkonsultasi dengan para senior yang sudah purna-bakti. Namun belum terlihat tanda – tanda perubahan menuju kemajuan.
Disuatu pagi, CEO perusahaan tersebut berkonsultasi sekali lagi dengan seniornya yang sangat ia hormati. Dalam percakapan via telepon pagi itu, sang senioryang sudah purna-bakti mengundang juniornya untuk makan siang di rumahnya. Namun, ada syarat – bahwa CEO muda tersebut harus membawa dua ekor katak hidup yang cukup sehat. Mendengar syarat tersebut, CEO muda tadi bergumam; seperti mau ke dukun saja, kok harus ada syarat (bawa katak) segala. Namun, ia tak berani menolak dan tidak juga ingin menanyakan manfaat dari katak-katak itu.
Siang itu, ketika CEO muda tersebut tiba, sang senior sedang menunggunya di sebuah taman, disamping kolam ikan dibelakang rumahnya. Silahkan duduk, sambut mantan CEO tersebut penuh ramah. Sambil menikmati hidangan yang disajikan, mereka berdiskusi panjang-lebar tentang krisis yang sedang menyerang.
Selesai makan, sang senior meminta dua ekor katak yang ia pesan, lalu menunjuk ke arah dua panci berisi air didepan mereka. Tugas mu adalah, lanjut sang senior,
masukkan katak pertama kedalam panci pertama. Apa yang terjadi? CEO muda menjadi kaget karena katak tersebut langsung meloncat dan mendarat tepat pada kolam ikan. Anda tahu mengapa? Tanya mantan CEO. Sambil memasukan tangan kedalam panci, CEO muda itu menjawab, oh, ternyata pemicunya adalah air hangat dalam panci.
masukan katak yang lain kedalam panci kedua, perintah sang senior. Ternyata katak tersebut langsung menyelam dan berdiam didasar. Karena ia tahu panci kedua berisi air segar plus sedikit es.CEO muda itu berkomentar ‘Wah enak benar katak kedua, ia mendapatkan kesegaran yang luar biasa.
Namun tugas mu belum selesai dengan katak yang satu ini, kata seniornya. Sekarang, angkatlah panci berisi katak tersebut, letakkan ditas kompor itu lalu nyalakan dengan api yang sangat kecil. Pada tahap ini, baik CEO senior maupun CEO yunior sama – sama mengamati apa yang akan terjadi.
Api kompor yang kecil itu mulai mengubah air yang segar dalam panci menjadi hangat dan kian lama kian panas.
Apa yang terjadi? Sayang sekali bahwa ketika air mulai mendidih, katak tersebut sudah tidak punya kesempatan lagi untuk melompat keluar dari panci. Ia mati dan berubah menjadi katak rebus (suikey).
Sambil, tersenyum sang senior berkata, baiklah anak muda, sekarang pulanglah dan tetapkan pilihanmu. Apakah Anda ingin menjadi hidangan istimewa, maka jadilah katak suikey. Tetapi jika Anda ingin berenang bebas bersama ikan dan makluk air yang lain, maka segeralah loncat sekuat tenaga guna menemukan sumber air segar disekitarmu.
Saran saya, lanjut sang senior, belajarlah dari katak pertama (meloncat dari panci air hangat) dengan melibatkan seluruh anggota organisasi yang anda pimpim. Libatkan mereka didalam training, workshop, member circle, teaching dan coaching. Anggota organisasi adalah asset yang paling penting karena teknologi, produk dan susunan organisasi dapat ditiru oleh para pesaing. Namun dengan belajar bersama seorang karyawan yang cerdas, terlatih dan memiliki kepedulian terhadap perusahaan membantu anda keluar tidak hanya dari krisis ini tetapi perusahaan anda akan menjelma menjadi sebuah organisasi yang menjadi panutan. Anda akan sangat disayangi dan dihormati karena perusahaan dengan seluruh sumber dayanya akan bertumbuh menjadi sebuah perusahaan seperti digambarkan berikut ini:
Menjelma sebagai wadah terjadinya kolaborasi, kemandirian, kepercayaan dan kenyaman kerja bagi keberhasilan pelayanan customers/clients
Menciptakan customer superior value dengan selalu bersama, mendengarkan dan ber partner dengan Customers
Membangun empowered and talented team untuk menjadi kompetent dan cerdas, tapi yang lebih penting adalah menyadarkan setiap orang memberi kepedulian sama seperti yang diberikan management dan/atau Shareholders terhadap kemajuan
Menjadi sebuah winning organization yang menerima keuntungan sebagai sebuah pengakuan masyarakat bahwa apa yang kita tawarkan mendapat penghargaan
Berbagi company’s fortunes dengan Stakeholders sebagai motivasi terhadap suatu pencapaian yang lebih besar







DAFTAR PUSTAKA
AN Ubaedy & Imam Ratrioso, PSi 2005 – Refleksi Kehidupan, Elex Media Komputindo
Joel Osteen 2007 – Starting Your Best Life Now, Immanuel
Alan Lakein 2007 – Management Waktu, Mata Katulistiwa
Richard Carlson 2001 – Don’t Sweat Small Staff At Work, Gramedia
Lilian Too 2001 – Inner Fengsui, Elex Media Komputindo
Robert Bruce Shaw 1997 – Trust in the Balance, Jossey Bass Inc
Fritz Ridenour 2002 – How to be Christian without Religious, Gloria Graffa

Tidak ada komentar: