Rabu, 29 Juli 2009

RELATIONSHIP LEARNING

Belajar Membangun Hubungan
"To handle yourself, use your head; to handle others, use your hearth." – Donald Laird
Maukah anda ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil? Atau apakah anda berketetapan untuk hidup bagi diri sendiri?
Manusia baru bisa memahami dirinya jika ia bisa membangun sebuah hubungan, interaksi dan komunikasi. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan diri dan orang lain tentu melibatkan intelektual, emosi dan hati. Maka tidak heran jika berkomunikasi dan berinteraksi akan meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) – sebuah kecerdasan yang memberdayakan seseorang agar mampu mengelola hubungan dengan diri sendiri maupun hubungan dengan diri orang lain. Dan ketika kecerdasan emosional meningkat, maka hati akan turut melahirkan sikap simpati dan empati.
Setiap hubungan memiliki kadar kualitas yang ditentukan oleh cara membangun dan mengelolanya juga oleh kepercayaan yang terkandung didalamnya. Keharmonisan dapat lahir dari setiap hubungan jika pengelolaannya baik dan ada kandungan kepercayaan didalamnya.
Ada dua bangun hubungan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang; bangun hungun dalam diri dan hubungan dengan orang lain.
Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri (Intrapersonal relationship)
Sesungguhnya tidak ada hubungan yang paling penting dan paling intim dalam hidup, selain membangun hubungan dengan diri. Tujuannya adalah untuk mengkomunikasikan semua harapan dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa berkomunikasi dengan diri, hati kita akan tak mungkin menghasilkan pikiran untuk menetapkan sebuah saasran, merancang cara/strategi dan dan melakukan tepat seperti cara /strategi untuk meraih sasarannya.
Membangun hubungan dengan diri berarti berbuat sesuatu bagi diri, dan perbuatan pada diri itu haruslah berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Dengan demikian hati akan menghasilkan semangat belajar yang tinggi dan ketetapan untuk melakukan apa yang dipelajari, maka sebuah hasil yang baik akan hadir seperti tertulis dalam ayat suci:
"Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper." – proverb 19:8
Oleh karena itu pandai-pandailah memilih hubungan yang akan anda bangun.
Namun, darimana membangun dan mengelola sebuah hubungan berkualitas dalam diri yang dapat menciptakan sebuah keharmonisan? Mari kita memulai hubungan dengan diri dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:
1. Mulailah dari diri sendiri dengan sikap dan tindakan:
Bangunlah hubungan yang dapat menerima diri sepenuhnya berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Hubungan demikian akan terbangun dalam hari-hari anda jikalau anda mengwali hari Anda dengan kasih, mengisi hari Anda dengan kasih dan mengakhiri hari Anda dengan syukur
Ciptakan sebuah kenyamanan diri sehingga ia (diri) mampu menerima diri seutuhnya (apa adanya). Tujuannya untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengubah ke arah lebih baik. Demikian J Campell menyimpulkan "Paradoks kehidupan yang sering saya rasakan adalah menerima keadaan diri apa adanya dan barulah saya mengubahnya." Sedangkan Lowell berkesimpulan "Prestasi besar tidak bisa dihasilkan oleh orang yang tidak bisa menerima diri secara utuh."
Pastikan semua yang anda lakukan dapat senantiasa memenuhi hati Anda dengan suka-cita dan membuat hati Anda selalu bersyukur dalam segala situasi. Ini adalah perintah Tuhan bagi mereka yang ingin hadirat Tuhan ada dalam diri mereka. Baca:
2Thessalonians 5:16-18 Be joyful always, pray at all times. Be thankful in all circumstances. This is what God wants from you in your life in union with Jesus Christ.
Hati yang bersyukur tak hanya berkelimpahan dalam kasih, tetapi juga mampu melepaskan pengampunan dan berbagi dalam suka dan duka. Hati bersyukur mampu mengubah penderitaan menjadi kebahagian dan bertekad menghadapi tantangan yang lebih besar. Kitalah yang harus lebih dahulu menciptakan keharmonisan dengan berbuat pada diri yang dilandaskan pada cinta dan kasih dan itu adalah perintah yang telah diturunkan Tuhan seperti tercatat:
"Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper." – proverb 19:8.
Demikian juga Mahatma Gandhi berpesan "ketika putus asa, saya selalu ingat bahwa dalam sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuh yang sepintas seperti pemenang, akhirnya kalah. Pikirkan SELALU ucapan saya ini."
2. Jadilah pemimpin diri dengan sikap dan tindakan:
Peran dan Tugas. Sebagai pemimpin diri, kita berperan menyadarkan diri untuk mengikuti kehendak diri yang baik. Juga bertugas untuk menciptakan perubahan penting dan konstruktif. Pemimpin diri tidak membiarkan diri dikontrol tapi mampu mengendalikan diri saat ada pencobaan. Orang yang tak bisa mengendalikan diri dengan baik umumnya tak memampu untuk bisa menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, pengalaman dan kesadaran yang dimiliki guna bangkit lagi dengan cara yang lebih baik. Seorang pemimpin diri biasanya memiliki kualitas berikut:
Sabar. Orang yang tergesa-gesa sering menyebabkan kekacauan dalam tugas. Hasil yang didapat tidak optimal baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kesabaran adalah perintah Tuhan yang harus kita patuhi karena memampukan seseorang untuk hidup teratur dan tekun dalam tugas serta mampu mengendalikan situasi seperti di firmankan:
"It is better to be patient than powerful; it is better to win control over yourself than over the whole country." – Proverb 16:32.
Terinspirasi oleh Proverb 16:32, Benjamin Franklyn, mantan Presiden USA mengatakan: "untuk menjadi orang jenius dibidang kita, kita dituntut satu bakat yang ia sebut bakat SABAR. Sehebat apapun kemampuan/bakat alamiah anda, tak akan memberi keuntungan jika anda tidak SABAR memperjuangkan, mengasah dan memberdayakannya."
Sabar akan membuat hati, pikiran dan tindakan akan menjadi selaras. Selaras untuk merencanakan dan sabar untuk melakukannya maka kita akan mendapatkan hasil lebih optimal seperti tertulis:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sedangkan Einstein berbagi pengalaman berikut: "Tidak ada karya hebat yang lahir dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan."
Sadar Diri. Dengan mengenal diri, kita mampu mengenal diri orang lain, mempengaruhi dan berbagi pengalaman dengan mereka. Orang yang sadar diri adalah orang yang memiliki tujuan hidup. Ia menetapkan target-target yang harus dicapai (mau jadi apa atau mau memiliki apa) pada waktu yang ditetapkan. Orang sadar diri akan melengkapi diri dengan pengetahuan, cara dan strategi untuk mencapai tujuanya. Ia akan selalu belajar untuk menghadapi tantangan lebih besar dan ia mampu dengan cepat mengeluarkan diri dalam putus asa, trauma dan ia tak akan mengalami luka batin saat gagal.
Sebaliknya orang yang lupa diri tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan diri. Ia tidak peka terhadap suara hati serta menghakimi diri tidak berarti seperti rujukan suci berikut:
"I do not understand what I do; for I do not do what I would like to do but instead I do what I hate" – Rome 7:15.
Senada sabda diatas, Ronggowarsito mengingatkan bahwa "seuntung-untung orang yang lupa diri tak mungkin lebih untung daripada orang yang sadar diri". Sedangkan dari Doktrin Samurai kita belajar bahwa "jika hubungan kita dengan diri sendiri kacau, teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan benar."
Sabda dalam kitab Roma 7:15, doktrin Samurai dan pendapat Ronggowarsito mengispirasi kita bahwa manusia gagal dalam hidup bukan karena kurang kapasitas/kemampuan tetapi karena ia kalah mengontrol diri sehingga cendrung melakukan apa yang menjerumuskan yang seharusnya ia benci. Orang sadar diri melihat masalah dan menghindarinya sedangkan orang lupa diri hanya akan menjerumuskan diri seperti rujukan suci:
"Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later"- Proverb 22:3
Memiliki harapan. Orang yang memiliki harapan mengutamakan perbuatan baik (pekerajaan Tuhan) dan tidak cemas terhadap hari esok. Ia fokus pada hari ini sebagai landasan keberhasilan hari esok, namun tak lupa belajar dari hari kemarin sebaliknya. Orang berpengharapan melandaskan semua hidupnya (kata & perbuatan) pada kebenaran, karenanya ia akan menerima dari Tuhan seperti difirmankan berikut:
"Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings".– Mathew 6:33-34

Meraih kemenangan diri terlebih dahulu. Orang sukses biasanya menerima orang lain dan lingkungan sebagai factor pendukung bagi keberhasilannya. Namun dukungan itu mustahil datang kepada orang yang belum memenangkan diri (tidak siap). Herry S Truman, mantan Preseiden USA mengatakan "semua orang berprestasi di Dunia ini memilikki kesamaan yaitu mereka meraiah kemenangan diri terlebih dahulu baru kemudian meraih prestasi." Artinya, tak mungkin memaksa keadaan atau orang lain agar mendukung usaha, keberhasilan dan kebahagian kita. Kitalah yang harus bekerja keras terlebih dahulu seperti tertuang dalam firman berikut
"Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times" – Rome: 12:11
Belajar Berhubungan dengan Orang Lain (Inter-personal relationship)
"You can make more friends in two months by becoming interested in other people than you can have two years by trying to get other people interested in you." Advised David Carnegie.
Sebuah hubungan dapat terbangun diantara dua orang atau lebih karena ada sebuah kepercayaan yang tercipta diantara mereka. Sebuah hubungan mustahil terbangun tanpa kepercayaan. Demikianpula sebuah hubungan tak akan memiliki kualitas jika tak ada kadar kepercayaan yang cukup didalamnya.
Hubungan dan Kepercayaan ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, tapi tak dapat dipisahkan. Setiap sisi memiliki nilai yang saling melengkapi dan dapat diterima oleh umum, tentu karena telah melekat kepercayaan yang sama terhadap kedua sisi itu.
Orang dapat membangun hubungan didorong oleh keinginan untuk bersoasialisasi, karena melalui soasialisasi, mereka saling mengisi dan melengkapi. Jadi mustahil seseorang ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil dan juga seseorang tak mungkin hidup bagi diri sendiri
Oleh karena itu apapun yang anda sedang dan akan anda kerjakan, dan apabila itu berkenaan dengan orang lain maka anda sedang melakukan pekerjaan membangun hubungan.
Hubungan dapat membuat segala sesuatu dapat berproses, berjalan atau terjadi. Misalnya, jika anda menjual barang, orang berpendapat anda sedang melakukan bisnis penjualan. Sebenarnya, anda tentu tak sedang melakukan bisnis penjualan, melainkan bisnis membangun hubungan. Barang anda hanya bisa terjual melalui hubungan yang anda bangun dengan orang lain, bukan? Hal ini juga terjadi dalam semua lini kehidupan. Para staff sebuah kantor dapat melaksanakan pekerjaan mereka tentu tak lepas dari sebuah landasan hubungan yang sudah terbangun dalam management. Artinya, keberlangsungan dan juga keberhasilan sebuah usaha tak akan terlepas dari sebuah bangunan hubungan dengan keharmonisan yang tercipta didalamnya .
Setiap hubungan memiliki kadar kualitas dan setiap hubungan yang berkualitas mendorong lahirnya keharmonisan. Kualiatas sebuah hubungan tidak hanya ditentukan oleh cara membangunnya. Tetapi juga lebih ditentukan oleh kandungan kadar kepercayaan dan juga oleh cara mengelolanya.
Manfaat Membangun Hubungan
Setiap hubungan mempunyai tujuan dan manfaat tertentu bagi pribadi-pribadi yang membangunnya. Orang umumnya membangun hubungan dengan orang lain karena tujuan/manfaat berikut:
Melakukan Perbuatan Baik.
Dalam hidup kita temui ada orang yang berhasil dan ada yang gagal. Orang sukses akan mudah membangun hubungan sedangkan orang yang tak beruntung dalam hidup biasanya dimarginalkan. Namun itu tak berlaku bagi orang yang telah bebas dari belenggu harta dan tahta. Mereka menerima orang tak beruntung sebagai anugerah untuk dapat mewujudkan kasih dengan berbagi dalam motifasi, pengajaran, bimbingan dan bahkan materi.
Tujuanya adalah membuat orang lain merasa bernilai dan menjalani hidup lebih baik. Banyak orang sukses ingin membangun hubungan guna menyalurkan kasih atau mengamalkan hukum menabur dan menuai seperti tercatat dalam kitab suci. Namun pastikan semua yang anda lakukan harus benar-benar bermanfaat dan bukan untuk memanjakan orang yang tak beruntung atau mencari pengakuan/pujian bagi diri sendiri seperti tertulis dalam ayat suci:
When you do a good deed, make sure you know who is benefiting from it; then what you do will not be wasted – Sirach 12:1
Menemukan suatu kenyamanan dari Anda.
Anda ingin memperluas usaha dengan membangun hubungan atau kerjasama? Orang lain akan engan bekerjasama jika mereka tidak menemukan suatu kenyamanan dari Anda. Oleh karena itu, pastikan bahwa apa yang anda miliki atau tawarkan tidak hanya unik, unggul dan menguntungkan tapi juga menarik dan menyenangkan orang lain. Misalnya sebagai pedagang, anda harus membuat apa yang anda jual memiliki daya tarik, menyenangkan dan inspiratif karena itu adalah awal keberhasilan dari keseluruhan proses penjualan anda.
Jadi, jika apa yang anda kerjakan dalam hidup dapat membuat pelangan bahagia dan terinspirasi, maka yakinlah bahwa mereka tidak hanya akan berjalan melainkan berlari menemui anda untuk bekerja sama.
Berbagi Keberuntungan.
Membangun hubungan dapat mendatangkan keuntungan bagi keberlangsungan setiap usaha, tapi bukan keuntungan semata sebagai fokus usaha anda. Masih ada visi lebih mulia yakni jadikan usaha anda bernilai bagi masyarakat dan dapat mengubah kehidupan disekitarnya menjadi lebih baik. Jika anda dapat memenuhi visi ini, anda telah menemukan keberadaan usaha anda dan juga telah mencapai tujuan yang tepat.
Oleh karena itu tanamkan dalam hati bahwa keuntungan adalah sebuah pencapaian sebagai akibat pilihan dan pengakuan masyarakat. Kuntungan bukan sebagai refleksi keserakahan perusahaan, tetapi sebagai pengakuan bahwa apa yang anda tawarkan dihargai. Ini adalah superior value yang harus diamalkan-demikian kata Konosuka Matsushita "Profit should be a reflection not of a corporate greed but a vote of confidence from society that what is offered by the firm is valued".
Dari gambaran ini, jelaslah bahwa berbagi keberuntungan perusahaan dengan Stakeholders (Masyarakat, Customers, Pemegang Saham, Karyawan dan Management) bukan sebagai tanggung jawab semata tetapi lebih sebagai motivasi untuk mendorong pencapaian/keberhasilan lebih besar.
Berbagi tangung jawab.
Kepercayaan adalah landasan bagi dua atau tiga orang untuk berbagi tanggung jawab. Setiap orang biasanya akan bertindak untuk dan atas nama diri atau orang lain dalam melakukan sesuatu. Dengan kepercayaan kita mudah beriteraksi guna memahami keinginan dan kebutuhan orang lain. Teatpi juga agar kita mudah mengkomunikasikan value, visi dan misi guna membangun sebuah kerja sama yang lebih besar. Peter Drucker, pakar Management mengatakan bahwa kemampuan mendengarkan keinginan orang lain yang tak terucapkan merupakan pilar utama komunikasi.
Berbagi keuntungan dan tanggung jawab dalam sebuah hubungan dapat membangkitkan semangat dan rasa turut memiliki baik dari orang-orang anda maupun masyarakat sekitar.
Menilai diri
Anda tidak akan mengetahui seberapa besar kemampuan diri hingga Anda menemukan seseorang yang dapat berbuat lebih baik. Orang lain adalah cerminan bagi diri kita dan sebaliknya kita adalah cerminan bagi orang lain. Bruce Lee mengatakan, bekerjasama dengan orang lain akan memperbaiki penilaian diri terhadap keunggulan yang kita miliki. Orang yang tidak bisa bekerja sama dapat bertumbuh menjadi pribadi yang sombong atau sebaliknya menjadi rendah diri.
Belajar mengembangkan diri.
Bergaul dengan penjual parfum, kita dapat percikan aroma wangi, tapi berhubungan dengan pandai besi, kita dapat percikan api. Berhubungan dengan pekerja keras, kita akan turut berbagi dalam kesuksesan. Tetapi bergaul dengan para pemalas kita hanya akan menyengsarakan diri.
Disadari atau tidak, orang yang kita kenal memberi pengaruh baik atau buruk secara signifikant terhadap pertumbuhan kita. Oleh karena itu kita harus siap guna menambah nilai diri bukan sebaliknya terinfeksi sisi negatif dari sebuah pergaulan. Hal itu dinyatakan dalam ayat suci berikut:
If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1.
Demikian Dahlan Iksan mengatakan "saya dapat menjadi pengusaha karena tertular pimpinan saya." Dahlan Iskan bertumbuh menjadi orang sukses dalam usaha dan kepemimpinan karena ia telah belajar dari orang yang memiliki kepemimpinan dan keteladanan yang luar biasa. Gordon Dryden & DR. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa.
Dari penjelasan- penjelasan diatas kita dapat belajar bahwa dengan membangun hubungan, seseorang dapat menemukan bagaimana mengembangkan diri. Membangun hubungan juga mendorong dua atau tiga orang saling memilih untuk saling memahami dan berbagi tanggung jawab dan juga berbagi keberuntungan. Orang sukses memiliki kemampuan menjalani hidup yang seimbang yang ditandai oleh keseimbangan memberi dan menerima dalam sebuah hubungan. Setiap interpersonal relationship dibangun atas fakta hidup ini. Barangsiapa yang selalu memberi saja atau sebaliknya menerima saja bertindak melawan hukum keseimbangan ini. Kebenaran hakiki ini valid tanpa pengecualian bagi setiap orang yang berhubungan dengan orang lain dimanapun.
Orang gagal engan membangun hubungan atau bekerjasama dengan orang lain. Biasanya orang gagal merasa membangun hubungan hanya akan merugikan dirinya. Sebaliknya orang sukses selalu ingin membangun hubungan dan menempatkannya sebagai tujuan. Dengan membangun hubungan, orang sukses akan selalu belajar baik dari diri, rekan, advisers, coacher, consultants, team members, suppliers, customers dan competitors.
Belajarlah pada pribadi, tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan yang dapat memberi pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber yang tepat sesungguhnya akan menemukan dan memiliki kehidupan, mendapatkan tuntunan dan juga damai, hal itu tertuang dalam ayat suci:
"Learn where understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long and full life, light to guide you and peace."-Baruch 3:14
Juga tak lupa untuk selalu menempatkan mantan seniornya sebagai sumber inspirasi seperti tersirat dari cerita berikut.
BELAJAR DARI KATAK
Konon ada sebuah perusahaan yang dulunya tumbuh pesat, sedikit mengalami keguncangan hari-hari ini. Kemunduran itu terjadi bukan karena management dan kepemimpinan yang kurang credible. Tidak juga disebabkan oleh hal-hal Strategic Framenya terdegradasi menjadi Blinder (pembuta), Prosesnya diterima sebagai Rutinitas, Relationshipnya menjelma menjadi Shackle (kerangkeng), dan atau Valuenya telah diamini sebagai sebuah Dogma (iulasan Donald N Sull dalam artikel "Why Good Companies Go Bad" di Harvard Business Review). Namun, kemunduran itu mungkin lebih disebabkan oleh krisis global akhir-akhir ini.
Banyak cara sudah dilakukan oleh management, termasuk CEO berkonsultasi dengan para senior yang sudah purna-bakti. Namun belum terlihat tanda – tanda perubahan menuju kemajuan.
Disuatu pagi, CEO perusahaan tersebut berkonsultasi sekali lagi dengan seniornya yang sangat ia hormati. Dalam percakapan via telepon pagi itu, sang senioryang sudah purna-bakti mengundang juniornya untuk makan siang di rumahnya. Namun, ada syarat – bahwa CEO muda tersebut harus membawa dua ekor katak hidup yang cukup sehat. Mendengar syarat tersebut, CEO muda tadi bergumam; seperti mau ke dukun saja, kok harus ada syarat (bawa katak) segala. Namun, ia tak berani menolak dan tidak juga ingin menanyakan manfaat dari katak-katak itu.
Siang itu, ketika CEO muda tersebut tiba, sang senior sedang menunggunya di sebuah taman, disamping kolam ikan dibelakang rumahnya. Silahkan duduk, sambut mantan CEO tersebut penuh ramah. Sambil menikmati hidangan yang disajikan, mereka berdiskusi panjang-lebar tentang krisis yang sedang menyerang.
Selesai makan, sang senior meminta dua ekor katak yang ia pesan, lalu menunjuk ke arah dua panci berisi air didepan mereka. Tugas mu adalah, lanjut sang senior,
masukkan katak pertama kedalam panci pertama. Apa yang terjadi? CEO muda menjadi kaget karena katak tersebut langsung meloncat dan mendarat tepat pada kolam ikan. Anda tahu mengapa? Tanya mantan CEO. Sambil memasukan tangan kedalam panci, CEO muda itu menjawab, oh, ternyata pemicunya adalah air hangat dalam panci.
masukan katak yang lain kedalam panci kedua, perintah sang senior. Ternyata katak tersebut langsung menyelam dan berdiam didasar. Karena ia tahu panci kedua berisi air segar plus sedikit es.CEO muda itu berkomentar ‘Wah enak benar katak kedua, ia mendapatkan kesegaran yang luar biasa.
Namun tugas mu belum selesai dengan katak yang satu ini, kata seniornya. Sekarang, angkatlah panci berisi katak tersebut, letakkan ditas kompor itu lalu nyalakan dengan api yang sangat kecil. Pada tahap ini, baik CEO senior maupun CEO yunior sama – sama mengamati apa yang akan terjadi.
Api kompor yang kecil itu mulai mengubah air yang segar dalam panci menjadi hangat dan kian lama kian panas.
Apa yang terjadi? Sayang sekali bahwa ketika air mulai mendidih, katak tersebut sudah tidak punya kesempatan lagi untuk melompat keluar dari panci. Ia mati dan berubah menjadi katak rebus (suikey).
Sambil, tersenyum sang senior berkata, baiklah anak muda, sekarang pulanglah dan tetapkan pilihanmu. Apakah Anda ingin menjadi hidangan istimewa, maka jadilah katak suikey. Tetapi jika Anda ingin berenang bebas bersama ikan dan makluk air yang lain, maka segeralah loncat sekuat tenaga guna menemukan sumber air segar disekitarmu.
Saran saya, lanjut sang senior, belajarlah dari katak pertama (meloncat dari panci air hangat) dengan melibatkan seluruh anggota organisasi yang anda pimpim. Libatkan mereka didalam training, workshop, member circle, teaching dan coaching. Anggota organisasi adalah asset yang paling penting karena teknologi, produk dan susunan organisasi dapat ditiru oleh para pesaing. Namun dengan belajar bersama seorang karyawan yang cerdas, terlatih dan memiliki kepedulian terhadap perusahaan membantu anda keluar tidak hanya dari krisis ini tetapi perusahaan anda akan menjelma menjadi sebuah organisasi yang menjadi panutan. Anda akan sangat disayangi dan dihormati karena perusahaan dengan seluruh sumber dayanya akan bertumbuh menjadi sebuah perusahaan seperti digambarkan berikut ini:
Menjelma sebagai wadah terjadinya kolaborasi, kemandirian, kepercayaan dan kenyaman kerja bagi keberhasilan pelayanan customers/clients
Menciptakan customer superior value dengan selalu bersama, mendengarkan dan ber partner dengan Customers
Membangun empowered and talented team untuk menjadi kompetent dan cerdas, tapi yang lebih penting adalah menyadarkan setiap orang memberi kepedulian sama seperti yang diberikan management dan/atau Shareholders terhadap kemajuan
Menjadi sebuah winning organization yang menerima keuntungan sebagai sebuah pengakuan masyarakat bahwa apa yang kita tawarkan mendapat penghargaan
Berbagi company’s fortunes dengan Stakeholders sebagai motivasi terhadap suatu pencapaian yang lebih besar

Tidak ada komentar: