Rabu, 29 Juli 2009

CONCEPTUAL LEARNING

Belajar mengkonsepkan praktek (Conceptual)
Sejak awal-mula, manusia sudah mengetahui bahwa ia diciptakan seturut gambaran dan citra Pencipta (Yahwe). Karena itu ia diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan membudi-dayakan Alam Raya dan segala isinya. Manusia tidak asal menerima tugas dan tanggung jawab ini karena selain sebagai wakil penciptanya, ia sudah dianugerahi Akal Budi. Dengan Akal Budi manusia bisa menyimpan dan mengelola informasi tentang siapa dirinya, siapa penciptanya, apa tugasnya, serta bagaimana menjalankan tugas yang diberikan pencipta dan apa yang diperoleh dari tugas tersebut.
Manusia tidak bisa melakukan segala sesuatu (tugasnya) secara asal. Akal budi memampukan manusia untuk terlebih dahulu berpikir, berpikir dan berpikir berkali-kali, baru melakukan sekali. Tetapi tidak sebaliknya melakukan sesuatu berulang – ulang baru memikirkan cara/strateginya saat menemui hambatan. Manusia akan terlebih dahulu merumuskan apa yang akan dikerjakan, lalu ia memikirkan cara mengerjakan sasaran yang sudah dirumuskan dan selanjutnya ia melakukan tepat sesuai cara yang telah dipikirkan.
Ini menunjukkan bahwa, manusia sudah terlebih dahulu membuat gambaran tentang apa yang akan dikerjakan dalam sebuah perencaan dan pertimbangan yang terumus dalam sebuah konsep yang matang. Manusia akan terlebih dahulu melakukan sebuah analysing, synthesezing & imaging dan valuing seperti tertulis dalam ayat suci berikut:
"Planning and thought lie behind everything that is done" – Sirach 37:16.
Merujuk pada sabda ilahi diatas, Conceptual Learning bukanlah sebuah hal baru tetapi sudah menjadi sebuah formula yang digunakan manusia untuk mendorong terciptanya sebuah keberhasilan. Apapun pekerjaan yang akan dikerjakan harus diawali dari pikiran dan pertimbangan mesti mendahului setiap perbuatan. Pernyataan ini memberi pencerahan, ternyata konsep adalah awal dari sebuah keberhasilan dan akan menolong Anda berprestasi dalam dunia yang penuh persaingan ini. Sebab tanpa konsep yang jelas dan tepat, Anda ibarat berada dalam sebuah rimba belantara; tidak tahu dari arah mana Anda telah datang/masuk dan ke arah mana Anda akan keluar/tuju.
Bagaimana Anda bisa menerapkan conceptual learning bagi prestasi Anda, mari simak fabel (cerita) berikut:
Berlari – dan Berlarilah Lebih Cepat Atau Mati
Konon di sebuah hutan belantara Timor, ketika fajar menyingsing, berkatalah seekor Singa jantan muda kepada dirinya. ‘Hari ini saya harus makan jika tidak saya pasti akan mati.’ Tetapi bagaimana saya bisa makan, ya? Ia bertanya pada diri sendiri - oh saya tahu lanjutnya, hari ini saya harus menangkap seekor Kijang kesukaan saya. Namun, ada pikiran yang menghantui, karena ia tahu tidak mudah menangkap seekor Kijang.
Kijang itu makluk paling cepat berlari, tapi saya tahu cara menangkapnya, Singa muda itu mencoba membesarkan hatinya. Caranya, saya harus berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari lari kijang yang paling lambat. Karena hanya dengan demikian saya bisa mendapatkan sasaran saya, seekor Kijang untuk makanan hari ini.
Sebaliknya, Kijang pun tahu bahwa ada ancaman kematian yang mengintai. Untuk luput darinya, ia memiliki konsep yang hampir sama dengan singa muda tadi. Bahwa hari ini ia tidak ingin mati diterkam oleh Singa. Untuk itu selain selalu waspada terhadap serangan, ia harus siap berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari singa yang berlari paling cepat. Jika tidak maka Kijang itu akan menjadi santapan Singa hari itu.
Begitu keluar dari hutan, Singa itu mulai menetapkan sasarannya yakni menangkap seekor Kijang. Lalu ia mulai memikir cara menangkap mangsanya, yakni dengan cara mendekati, mengejar dan berlari. Ketika dari kejauhan tampak sekawanan Kijang yang sedang merumput; Singa itu mulai merayap mendekati dan tepatlah seperti yang telah ditetapkannya bahwa singa itu mulai mengejar dengan berlari dan berlari saat para Kijang mulai berlari menyelamatkan diri.
Jika Singa itu bisa berlari lebih cepat dari pada lari kijang yang paling lambat, maka ia akan berhasil menangkap seekor dan terluput dari ancaman kematian. Sebaliknya kijang pun tidak mau mati, ia harus berlari dan berlari minimal lebih cepat dari pada lari singa yang paling cepat. Dengan demikian, ia tak dapat ditangkap dan terluput dari kematian.
Fabel diatas mengajari bahwa sebagai pelaku business, apakah Anda itu market leader (singa) atau market follower (kijang), Anda harus memiliki konsep yang jelas tentang sasaran apa yang diinginkan, apa rencana/strategi yang akan diterapkan dan keyakinan untuk melaksanakan strategi tersebut. Semua itu harus dijalankan dengan sepenuh hati sebagai sebuah ibadah seperti tertulis dalam ayat suci:
Whatever you do, work at it with all your heart as though you were working for the Lord and not for man. Colossians 3: 23
Kesungguhan mutlak diperlukan dalam mengeksekusi sebuah sasaran. Kesungguhan hanya tercipta jika anda mencintai pekerjaan itu. Dan cinta pada pekerjaan akan melahirkan hati yang berkepenuhan dalam suka-cita dalam menyongson keberhasilannya. Dengan kesungguhan dan suka-cita, anda tidak akan bertanya untuk siapa anda bekerja tetapi akan focus kepada hasil apa yang akan anda peroleh.
Setiap eksekusi memiliki tantantangan dan tantangan itu hanya terkalahkan dalam sebuah kesabaran. Kesabaran akan mengenyahkan kemalasan dan kecerobohan, dan kesabaran itu membimbing pada penyerahan diri pada pencipta. Oleh karena itu, miliki hati yang sabar dalam menghadapi setiap rintangan yang muncul dalam pekerjaan, maka harapan akan diguguhkan melalui setiap doa anda. Dengan demikian, Dia yang memiliki hidup ini akan senantiasa menuntun anda hingga pencapaian harapan itu. Hal ini dapat kita baca dalam ayat suci:
Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times – Rome: 12:11
Sasaran yang SMART
Setiap sasaran mempunyai kesulitannya sendiri dalam pencapaiannya. Ada kesulitan yang muncul dalam cakupan (penetapan prioritas), kelayakan kerja/pencapaian, relevansinya dengan keinginan/motivasi dan juga waktu. Guna menghindari sasaran Anda menjelma sebagai sebuah batu sandungan yang tidak menghasilkan kesejahteraan, sebaliknya penderitaan belaka, maka, Anda harus smart (cerdas) dalam menetapkan sasaran yang SMART pula seperti:
Specific artinya sasaran yang ditetapkan harus jelas, utuh dan berupa sebuah kesimpulan tunggal. Ibarat sasaran menendang bola adalah gawang, bukan yang lain.
Measurable artinya kita harus memiliki ukuran yang jelas untuk mengetahui sudah seberapa jauh kita telah mencapai sasaran yang specific tersebut
Attainable artinya memiliki kelayakan rasional untuk bisa dicapai. Bahwa secara rasional sasaran itu dapat kita capai secara bertahap dari terkecil hingga terbesar. Bukan langsung melompat kepada sasarang yang terbesar tanpa melewati tahapan – tahapan awal yang kecil
Relevant memberi pemahaman bahwa sasaran itu memiliki tingkatan relevansi yang tinggi dengan keadaan diri kita sehingga mengajari kita untuk tak berpuas diri. Tetapi dapat mendorong/memotifasi untuk terus berprestasi
Time Scale artinya sasaran dapat dicapai berdasar jenjang waktu yang jelas dan terukur.
Orang beriman memiliki keyakinan bahwa masa depan itu sungguh ada, oleh karena itu harapannya tidak akan sia-sia. Orang beriman membangun masa depannya dengan menetapkan cita-cita untuk menjadi apa atau untuk memiliki apa pada suatu waktu yang ditentukan (membangun konsep), kemudian mengusahakan pencapaian cita-cita (mempraktekan konsep) sesuai rumusan smart diatas dalam langkah-langkah berikut:
menerima talenta khusus (specific) yang Tuhan berikan dan membangun diri berdasarkan talenta tersebut guna mencapai sasaran yang ia tetapkan.
menetapkan ukuran yang jelas untuk mengetahui sudah seberapa jauh ia telah membangun diri guna mencapai sasaran (talenta) yang ia tetapkan,
memiliki kemampuan untuk mencapai sasaran (talenta) secara bertahap,
tak pernah berpuas diri tapi terus berusaha untuk pencapaian talenta yang lebih tinggi
dan terakhir adalah menetapkan waktu pencapaian (talenta) yang jelas.
Ke-5 langkah diatas menegaskan agar setiap kita harus menerima, melaksanakan dan mengembangkan talenta yang kita terima (miliki) dengan sepenuh hati, maka kita akan mendapatkan tidak hanya sebuah kapasitas yang bertambah besar (tanggung jawab lebih besar) tetapi juga sebuah suka-cita, kehormatan, kemulian, kelimpahan, dan kehidupan. Pencerahan ini dapat dibaca dalam cerita suci ini:
The servant who received five thousand talents came in and handed over the other five thousand coins; sir he said, look! There are another five thousand talents that I have earned. Well done, you good and faithful servant! Said his master. You have been faithful in managing small amounts, so I will put you in charge of larger amounts. Come on in and share my happiness. Mathew 25: 20-21
Ayat suci (Mathew 25: 20-21) memberi pencerahan bahwa setiap orang yang menerima dan tekun melaksanakan talentanya dengan sukses, tidak hanya mendapatkan tambahan kapasitas (dukungan moral maupun material untuk keberhasilan) tetapi juga ia akan diberi hak untuk turut berbagi dalam kesuksesan dalam sebuah kebahagian abadi.
Kontrakdiksi dengan Mathew 25: 20-21 diatas, Mathew 25:24-30 menyadarkan kita bahwa sesungguhnya tak ada dukungan moral maupun material (usaha, modal, strategi, teknologi) diberikan kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mengerjakan talentan yang Tuhan berikan. Artinya tidak ada hasil yang dicapai tanpa usaha atau tak ada orang akan memberi Anda modal usaha jika Anda hanya sebatas berkeinginan menjadi pengusaha.
Sudah sepatutnya Concepttual Learning anda jadikan pedoman kerja dengan mengikuti formula Thomas Watson, pendiri IBM berikut ini:
Rumuskan di kepalamu sasaran apa yang Anda ingin capai dalam hidup (Anda ingin menjadi Apa atau Anda ingin miliki apa)
Aktifkan pikiranmu untuk merumus dan menetapkan cara atau strategi yang tepat yang membantu Anda mencapai sasaran tersebut
Pilihlah cara/strategi yang tepat dari cara/strategi yang telah anda pikirkan. Lakukan cara tersebut dengan tekun dan sepenuh hati untuk meraih sasaran yang Anda tetapkan.
Formula Thomas Watson diatas mengajari kita untuk tidak melakukan sesuatu tanpa sebuah konsep yang smart. Konsep/perencanaan dapat menolong seseorang menetapkan seberapa besar dan sulit sasaranya, mengetahui seberapa besar kemampuan untuk mencapai sasaran, menetapkan tahapan pencapaian, memahami relevansi pencapaian terhadap kemajuan yang lebih tinggi dan mengetahui serapa lama pencapaian dapat terpenuhi.
Konsep sebagai Rancangan Tuhan
Konsep berfungsi selain sebagai sebuah kompas/panduan untuk menetapkan skala proritas, juga membantu mengontrol akal budi untuk tidak merancang hal-hal lain yang yang bertentangan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep bukanlah sekedar hasil pengembangan pemikiran manusia belaka, tetapi konsep sesungguhnya, merupakan sebuah rancangan yang ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Sesungguhnya sejak awal penciptaan, Tuhan sendiri telah lebih dahulu memiliki rancangan bagi manusia yakni rancangan suka cita dan damai-sejahtera; sebuah rancangan yang menjadi harapan setiap insan, dan bukan rancangan kecelakaan seperti tertuang dalam sabda:
I alone know the plans I have for you, plans to bring you prosperity and not disaster. The plans to bring about the future you hope for.- Jeremiah 29: 11
Merujuk pada Firman diatas, sepatutnya kita harus memahami bahwa sebuah sasaran tidak akan gagal jika telah didasarkan pada sebuah pemikiran & perencaan yang matang. Perencanaan yang baik dapat memberi hasil yang lebih baik. Namun kerja tanpa sebuah perencanaan akan menghasilkan kekecewaan belaka seperti tertulis dalam ayat suci:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Manusia beriman akan sangat yakin terhadap keberhasilan setiap rancangannya, namun ia sekali-kali tidak mengandalkan kemampuan sendiri untuk melakukan rencananya, tetapi memohon pada Tuhan untuk memberkatinya. Setiap rencana yang telah diberkati memberi setiap pribadi kapasitas dan otoritas yang lebih besar untuk menyelesaikannya dengan berhasil seperti ditulis dalam ayat suci berikut:
Ask God to bless your plans and you will be successfully in carrying them out – Proverb 16: 3
Selain itu, sebuah konsep yang baik dapat juga membantu manusia menemukan alternatif atau solusi lain jika sasaran itu lebih besar dari kemampuan. Hal itu dengan jelas tertuang dalam ayat suci berikut:
If a king goes out with ten thousands men to fight another king who comes against him with twenty thousands men, he will sit down first and decide if he is strong enough to face that other king. If he is not he will send messengers to meet the other king to ask for terms of peace while he is still a long way off-Luke 14:31-32
Ayat suci diatas mengajari bahwa Raja yang kalah kekuatan, tahu bagaimana menghadapi raja yang lebih kuat daripadanya. Ia tidak akan kalah dalam peperangan karena ia telah memilih strateginya yang tepat. Dengan kekuatan negosiasi, ia dapat menghindari penderitaan yang akan mengancam rakyat (kerajaan)nya.
Melandasi praktek dengan ide, teori, filsafat atau konsep yang matang merupakan tradisi orang-orang berprestasi, dan kita patut menirunya. Mereka berhasil karena mereka sesungguhnya telah menerapkan suatu perencanaan dengan prinsip kehati-hatian seperti tertuang ayat suci berikut dalam hidup:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sebab sesungguhnya sebuah ide tanpa praktek akan mandul, tetapi praktek tanpa ide akan statis. Demikian Nagome mengatakan "Praktek membutuhkan pemikiran. Jika pemikiran tidak diterapkan dalam praktek, praktek tidak akan lebih baik."
Dalam penelusuran yang dilakukan Quin Spitzer dan Ron Evan, penulis buku "Heads you win, how the best company think" (1997) terhadap sejumlah pengusaha sukses di dunia ini, termasuk Morita dari Sony dan Sam Walton dari Wal Mart, ditemukan fakta bahwa mereka hebat bukan hanya karena mereka banyak tahu (teori) dan bukan pula karena hanya banyak melakukan (practice). Mereka hebat karena mereka adalah orang praktek sekaligus orang konsep (people of action and people of thought)
Tujuan Tanpa Visi Misi
Sebaliknya ada orang yang bisa mencapai suatu tujuan tertentu tanpa menetapkan sasaran yang benar, tanpa rencana yang tepat dan juga tanpa melakssanakan rencana secara akurat. Tentu saja tujuannya itu tidak sama dengan tujuan yang biasa ditetapkan berdasarkan visi dan misi yang tepat. Tujuan yang ia capai tak didasarkan motivasi yang tulus dan memberdayakan. Sebagai contoh, kita dapat menemui ada orang berpura-pura serius bekerja saat ada pengawasan atau ia tekun bekerja sekedar untuk menyenangkan pimpinan. Ada orang lain telah bekerja keras karena ada kekuatiran berlebih terhadap kehidupan keluarga, pendidikan Anak dan juga karena dorongan keinginan dan bukan kebutuhan untuk memiliki sesuatu.
Cerita berikut dapat menolong Anda mengetahui bagaimana seseorang dapat mencapai tujuan yang tidak didasarkan pada visi-misi yang ditetapkan.
Selamat dari Kolam Buaya
Konon suksesi harus segera dilaksanakan di sebuah Kerajaan yang menjunjung tinggi paham patriaki. Namun, permasalahanya, sang Raja hanya memiliki seorang putri saja.
Sebagai solusi, sang putri yang sudah dewasa itu harus segera dinikahkan.
Sayembara diadakan untuk memilih pangeran-pangeran yang gagah perkasa dari negeri-negeri seberang sebagai menantu Raja dan sekaligus sebagai penerus Tahta.
Mengingat pentingnya kecerdasan dalam mengelola kerajaan, maka para pangeran tersebut wajib menjalani serangkaian ujian tentang tata-pemerintahan, pengelolaan sumber daya bagi kesejahteraan rakyat dan juga tentang strategi pertahanan dan keamanan.
Panitia seleksi sangt kesulitan untuk menetapkan calon Raja, karena ternyata para pangeran itu sama-sama memiliki kompetensi sangat tinggi. Sebagai solusi, sang Raja yang akan memimpin sendiri ujian sesi terakhir untuk memilih salah satu sebagai menantu dan sekaligus penganti Raja.
Para pangeran diminta berbaris diujung kolam renang, sedangkan Raja dan para Menterinya berada diujung yang lain. Ujian yang akan berikan Raja ini sangat sederhana, para pangeran hanya diminta beradu kecepatan berenang untuk mencapai ujung kolam dimana Raja dan para Abdinya berada.
Sekarang, kata Raja, saya akan menghitung mundur dari angka tiga, dan kalian harus segera melompat berenang secepatnya. Siapa yang finish pertama, dialah calon menantu dan sekaligus penganti saya. Sambil menyimak istruksi Raja, para pangeran mulai menyiapkan start dengan mantap bagaikan atlit-atlit profesional. Namun, lanjut Raja, kalian harus benar-benar menunjukan kehebatan yang luar biasa karena setiap peserta harus mampu mengatasi rintangannya masing-masing berupa seekor buaya lapar.
Tiga-Dua-Sa…..tu,begitu instruksi Raja, suasana menjadi hening karena ternyata tidak ada seorang pangeranpun yang berani begitu mengetahui setiap track kolam itu berisi seekor Buaya. Tiba-tiba kesunyian itu pecah karena ternyata ada seorang pangeran yang berani menceburkan diri kedalam kolam. Semua hadirin menjadi tegang menyaksikan bagaimana perjuangan sang pangeran menloloskan diri dari kejaran seekor buaya besar.
Selamat!!! sambut sang Raja dan tepuk tangan mengema saat pangeran tadi berhasil mencapai ujung kolam dengan selamat. Sambil memegang tangan pangeran muda pemberani itu, Raja berkata, hari ini juga para dewan kerajaan akan memahkotai mu sebagai penggantiku dan putriku akan menerimamu sebagai suaminya.
Mari kita memasuki ruang penobatan, ajak Raja.Namun, sang pangeran menjawab, tunggu dulu baginda, lupakan dulu segala perayaan yang telah disiapkan itu, sebab saya harus menemukan dulu siapa pangeran brengsek yang telah membahayakan nyawaku dengan mendorongku kedalam kolam buaya.
Cerita ini mengajari kita bahwa sang pangeran telah sampai finish bukan karena ingin menggapai tahta Raja dan menjadi suami sang Putri (visi-misi). Tetapi lebih disebabkan karena keterpaksaan atau niat yang tidak lahir dari dalam diri (hati). Dengan kata lain, pangeran itu telah berani berenang dengan kecepatan luar biasa karena didorong oleh seseorang, dan juga karena ingin selamat dari sergapan buaya bukan oleh visi dan misinya.

Tidak ada komentar: