Rabu, 29 Juli 2009

PRACTICAL LEARNING

Belajar Mengkonsepkan Praktek (Practical Learning)
The excellence is not an action, but habitual – Aristotle.
Kita telah belajar bagaimana mempraktekan konsep (conceptual learning) dalam dua buah cerita "Berlari dan berlarilah lebih cepat dan Mati dan Selamat dari kolam Buaya." Kali ini kita akan belajar bagaimana mengkonsepkan praktek (practical learning) melalui cerita berikut ini:
Si Tukang (penjual) Air Vs Jagoan Panah
Konon pada sebuah pemukiman kumuh di Surabaya, hiduplah seorang tua. Ia tidak memiliki pekerjaan yang baik seperti kebanyakan warga. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pak tua ini menjual air keliling. Ia memasok air kepada warung – warung kecil dan juga tetangganya yang tidak mampu berlangganan air dari Perusahaan Air Minum (PDAM).
Berbekalkan sebua gerobak dorong tua dan beberapa jerigin besar, pak tua, penjual air ini berkeliling dari satu RT ke RT yang lain. Tanpa mempedulikan terik matahari dan pengap asap kendraan, ia melayani setiap pelangan dengan setia dan tulus. Para pelangan sangat berterima kasih karena tanpa dia, mereka tidak akan pernah mendapatkan air bersih. Pak tua penjual air ini pun menjelma sebagai contoh - walau hanya menjual air keliling, ia dapat mengirimkan putra – putrinya ke Universita dan membantu orang lain yang berkekurangan.
Walau berstatus mahasiswa, putra si Tukang Air ini sangat rajin membantu melayani pelangan ayahnya. Ia sering mengantar air mengantikan ayahnya saat tak ada kegiatan kampus. Namun ternyata ada penganggu – Ia sering dilecehkan. Ada pemuda lain yang menganggap menjual air sebagai pekerjaan hina dan tidak memberikan pengalaman apalagi ketangkasan. Ia beranggapan demikian karena bisa mengikuti banyak kegiatan ketangkasan seperti memanah dan balapa.
Kehebatan memanah pemuda tersebut mendapat pujian banyak pihak karena ia selalu membidik dengan tepat apapun dan seberapa jauh sasarannya.
Mahasiswa anak penjual air tersebut sekali – kali tidak menceritakan pelecehan yang ia terima-lagi pula ia tak pernah minder, marah dan benci. Sebaliknya ia berusaha mencari kesempatan untuk memberi pelajar yang berharga bagi pemuda yang sombong itu.
Suatu sore, sambil mendorong gerobak berisi air, tanpa sengaja, putra si tukang air itu melewati tempat latihan memanah dari si anak muda yang sombong tersebut.
Oh …! Ini si penjual air yang mengaku sebagai mahasiswa itu. Untuk apa Anda datang ke sini – apakah anda ingin pamer bahwa kamu juga anak kampus yang tak berarti? Pergi sana atau aku dapat menghancurkan gerobak mu ini. Aku tidak mau melihat mu disini.Hardik si pemain panah dan teman – teman mainnya.
Maaf kawan, saya hanya lewat sini tanpa sengaja. Tetapi jika tidak berkeberatan, saya pun ingin bersyukur karena Tuhan telah memberi ketangkasan yang hebat atas ketekunan mu berlatih dan berlatih. Jika anda tak lelah berlatih, kelak anda bisa menjadi atlet panah professional dengan prestasi International. Sebaiknya anda jangan sombong! Jujur saja bahwa saya tak bisa bermain panah, namun, saya juga bisa menunjukan sebuah ketangkasan lain yang kamu tidak bisa. Kata anak penjual air.
Ah, theory, mana ketangkasan yang akan kamu tunjukan, tantang si jago panah.
Kawan, disini ada beberapa botol, bisakah Anda menuangkan air dari jerigen kedalam setiap botol tanpa tumpah? Ajak mahasiswa penjual air.
Dengan sombong sang jago panah menuangkan air kedalam botol. Karena tak berhasil, si penjual air berseru; oh, ternyata Anda tidak bisa sama seperti saya tidak bisa memanah dengan baik, tapi coba lihat apa yang saya lakukan – tidak ada setetes air yang tumpah, bukan? Hal ini perlu kamu ketahui bahwa saya sudah mendampingi ayahku menjual air sejak TK dan karena itu saya sangat tangkas dalam menuangkan air dari jerigen kedalam botol. Demikianpula Anda sangat mahir memanah karena telah berlatih dengan tekun, bukan? Nasehat mahasiswa penjual air.
Merujuk pada cerita diatas, kita dapat menemukan pembenaran bahwa baik itu ketangkasan mengisi air dalam botol maupun memanah didapat dari serangkaian praktek (pembiasaan) yang berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama. Stenberg, seorang psikolog dari Yale University, menemukan bahwa kumpulan dari praktek yang kita jalankan setiap hari memberikan sebuah tacit knowledge atau pengetahua naluriah. Tacit knowledge ini sangat membantu seseorang mengusai pekerjaan yang sedang dijalani.
Sebagai gambaran Prof Steinberg memberi contoh bahwa seorang sopir akan sangat ahli dalam mengemudi dan penguasaan jalan bukan karena kecerdasannya saat kursus montir, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek.
Hal d berpraktek, praktek dan praktek diperkuat oleh Ted Williams dengan mengatakan "Orang selalu berkata bahwa bakat dan kejelian saya yang menjadi alasan kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek dan praktek yang saya jalankan.
Praktek membuat kecerdasan bertambah. Tidak keliru orang mengatakan ’practice is good teacher.’ Karena praktek akan menghasilkan pengetahuan yang bisa kita gunakan untuk mempertajam naluri dan memperkuat ketahanan dan memperbaiki bobot keputusan.
Praktek dan Tantangan
Praktek yang tekun menghasilkan keahlian dan pencapaian keahlian itu pasti diwarnai dengan hambatan dan tantangn. Namun janganlah lari, karena setiap Tantangan akan melahirkan ketekunan, ketekunan mendatangkan tahan uji, tahan uji mengundang peneguhan Tuhan dan peneguhan Tuhan menciptakan harapan yang tidak mengecewakan.
Penemu hebat Thomas Alfa Edisonpun mengalami 9.999 kegagalan (tantangan) praktek, namun ketika ia ditanya apakah ia akan mengenapi kegagalannya menjadi 10.000, ia berpendapat: "saya baru saja menemukan 10.000 cara baru yang belum bisa bekerja secara optimal."
Sejatinya, dengan tantangan seseorang mendapatkan ujian yang memberdayakan, dan mendewasakan. Tanpa tantangan seseorang tidak akan pernah menemukan jalan keluar yang lebih baik. Setiap orang yang berani menerima tantangan adalah orang yang sedang menaikan bobot kepribadiannya (kualitas diri) ke level yang lebih tinggi. Tantangan yang Anda hadapi bukanlah sebuah kesia-siaan. Terimalah dan kerjakan setiap tantangan dengan sungguh dan tekun karena Tuhan telah menetapkannya sebagai jalan menuju keberhasilan seperti ringkasan kutipan suci berikut:
Trials result in ability to endurance; Endurance carries you all the way without failing. – James 1: 2 – 3 and 1Corinthians 10: 13
Sesungguhnya tantangan akan membuat anda menjadi tekun dan ketekuanan melahirkan kehebatan. Kehebatan bukanlah monopoli orang-orang tertentu saja. Kehebatan adalah buah dari ketekunan dalam tidakan-tindakan yang telah menjelma menjadi sebuah kebiasan yang baik. Demikian Aristotle berpendapat: Excellence is not an action but habitual.
Dengan apa kita dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan konsep? Seperti halnya seorang sopir, kita dapat meningkatkan kemampuan praktek dengan memperbanyak praktek atau mempraktekan konsep yang telah kita buat. Emile Chartier berkata "Tidak ada yang lebih membahayakan bagi manusia jika yang ia miliki hanya ide semata (ide tanpa praktek)."
Praktek dan berpraktek bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Setiap praktek yang dikerjakan dengan sepenuh hati tidak akan berakhir dengan hampa. Tuhan maha pengasih dan penyayang selalu melimpahkan berkat dan anugrahNya kepada setiap umat yang tidak berpangku tangan seperti disabdakan berikut:
"For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life." – Rome 2: 6 – 7
Sesungguhnya mempraktekan atau mengerjakan apa yang kita konsepkan merupakan wujud tanggung jawab terhadap Tuhan. Melalui berkerja, Tuhan telah menyertakan kita dalam keberlangsungan karyaNya di Bumi.Dan karena itu, kita akan mendapatkan anugrah berupa kesejahteraan dan kebahagian seperti disabdakan berikut:
Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2

Tidak ada komentar: